WALI SONGO

Posted in Wali Songo on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan


Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur,Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

“Walisongo” berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha .

Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam Bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam Bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari Bahasa Jawa, yang berarti tempat.

Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat(Sunan Ampel) pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara); Makhdum Ibrahim (sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel); Qasim (Sunan Derajat, putra kedua dari Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.

Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, pernigaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

LEGENDA DEWI LANJAR (RATU PANTAI UTARA PEKALONGAN)

Posted in Cerita Misteri on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Dewi Lanjar sampai sekarang masih merupakan legenda yang hidup didalam masyarakat dan masih berpengaruh dalam jiwa masyarakat terutama di Pekalongan. Dalam segala peristiwa sering kali dihubungkan dengan Dewi Lanjar, apabila ada anak yang sedang bermain-main dipantai hilang tentu mereka berpendapat bahwa si anak itu dibawa Dewi Lanjar. Dan bilamana dapat diketemukan kembali tentulah si anak menyatakan dirinya tersesat disuatu daerah atau suatu kraton yang penghuni-penghuninya juga seperti kita-kita ini. Mereka mempunyai kegiatan membatik, berdagang, menukang, nelayan dan lain-lain yang tidak ubahnya seperti didalam kota saja. Daerah tersebut dikuasai oleh seorang Putri yang cantik ialah Dewi Lanjar.
Diceritakan pada jaman dahulu di suatu tempat Kota Pekalongan hiduplah seorang putri yang sangat cantik jelita, sampai sekarang masih menjadi pembicaraan penduduk, tempat yang terkenal dengan nama Dewi Rara Kuning. Adapun tempat tinggalnya tiada dapat diketahui secara pasti.

Dalam menempuh gelombang hidupnya Dewi Rara Kuning mengalami penderitaan yang sangat berat, sebab dalam usia yang sangat muda ia sudah menjadi janda. Suaminya meninggal dunia setelah beberapa waktu melangsungkan pernikahannya. Maka dari itulah Dewi Rara Kuning kemudian terkenal dengan sebutan Dewi Lanjar. ( Lanjar sebutan bagi seorang perempuan yang bercerai dari suaminya dalam usia yang masih muda dan belum mempunyai anak ). Sejak ditinggal suaminya itu Dewi Lanjar hidupnya sangat merana dan selalu memikirkan suaminya saja. Hal yang demikian itu berjalan beberapa waktu lamanya, tetapi lama kelamaan Dewi Lanjar sempat berpikir kembali bahwa kalau dibiarkan demikian terus akan tidak baik akibatnya. Maka dari itulah ia kemudian memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung halamannya, merantau sambil menangis hatinya yang sedang dirundung malang.

Tersebutlah, perjalanan Dewi Lanjar sampai disebuah sungai yaitu sungai Opak. Ditempat ini kemudian bertemu dengan Raja Mataram bersama Mahapatih Singaranu yang sedang bertapa ngapung diatas air di sungai itu. Dalam pertemuan itu Dewi Lanjar mengutarakan isi hatinya serta pula mengatakan tidak bersedia untuk menikah lagi. Panembahan Senopati dan Mahapatih Singoranu demi mendengar tuturnya tergaru dan merasa kasihan. Oleh karena itu dinasehatinya agar bertapa di Pantai Selatan serta pula menghadap kepada Ratu Kidul. Setelah beberapa saat lamanya, mereka berpisahan serta melanjutkan perjalanan masing-masing, Panembahan dan Senopati beserta patihnya melanjutkan bertapa menyusuri sungai Opak sedangkan Dewi Lanjar pergi kearah Pantai Selatan untuk menghadap Ratu Kidul.

Dikisahkan bahwa Dewi Lanjar sesampainya di Pantai Selatan mencari tempat yang baik untuk bertapa. Karena ketekunan dan keyakinan akan nasehat dari Raja Mataram itu akhirnya Dewi Lanjar dapat moksa ( hilang ) dan dapat bertemu dengan Ratu Kidul.

Dalam pertemuan itu Dewi Lanjar memohon untuk dapat menjadi anak buahnya, dan Ratu Kidul tiada keberatan. Pada suatu hari Dewi Lanjar bersama jin – jin diperintahkan untuk mengganggu dan mencegah Raden Bahu yang sedang membuka hutan Gambiren ( kini letaknya disekitar jembatan anim Pekalongan dan desa Sorogenen tempat Raden Bahu membuat api ) tetapi karena kesaktian Raden Bahu, yang diperoleh dari bertapa Ngalong ( seperti Kalong / Kelelawar ), semua godaan Dewi Lanjar dan jin – jin dapat dikalahkan bahkan tunduk kepada Raden Bahu. Karena Dewi Lanjar tiada berhasil menunaikan tugas maka ia memutuskan tidak kembali ke Pantai Selatan, akan tetapi kemudian memohon ijin kepada Raden Bahu untuk dapat bertempat tinggal di Pekalongan. Oleh Raden Bahu disetujui bahkan pula oleh Ratu Kidul. Dewi Lanjar diperkenankan tinggal dipantai utara Jawa Tengah terutama di Pekalongan. Konon letak keraton Dewi Lanjar terletak dipantai Pekalongan disebelah sungai Slamaran.

LEGENDA NYI RORO KIDUL

Posted in Cerita Misteri on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Cerita tentang Nyi Roro Kidul ini sangat terkenal. Bukan hanya dikalangan penduduk Yogyakarta dan Surakarta, melainkan di seluruh Pulau Jawa. Baik di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Di daerah Yogyakarta kisah Nyi Roro Kidul selalu dihubungkan dengan kisah para Raja Mataram. Sedangkan di Jawa Timur khususnya di Malang Selatan tepatnya di Pantai Ngliyep, Nyi Roro Kidul dipanggil dengan sebutan Kanjeng Ratu Kidul. Di Pantai Ngliyep juga diadakan upacara Labuhan yaitu persembahan para pemuja Nyi Roro Kidul yang menyakini bahwa kekayaan yang mereka dapatkan adalah atas bantuan Nyi Roro Kidul dan anak buahnya.

Konon, Nyi Roro Kidul adalah seorang ratu yang cantik bagai bidadari, kecantikannya tak pernah pudar di sepanjang zaman. Di dasar Laut Selatan, yakni lautan yang dulu disebut Samudra Hindia – sebelah selatan pulau Jawa, ia bertahta pada sebuah kerajaan makhluk halus yang sangat besar dan indah.

Siapakah Ratu Kidul itu? Konon, menurut yang empunya cerita, pada mulanya adalah seorang wanita, yang berparas elok, Kadita namanya. Karena kecantikannya, ia sering disebut Dewi Srengenge, yang artinya Matahari Jelita. Kadita adalah putri Raja Munding Wangi. Walaupun Kadita sangat elok wajahnya, Raja tetap berduka karena tidak mempunyai putra mahkota yang dapat disiapkan. Baru setelah Raja memperistrikan Dewi Mutiara lahir seorang anak lelaki. Akan tetapi, begitu mendapatkan perhatian lebih, Dewi Mutiara mulai mengajukan tuntutan-tuntutan, antara lain, memastikan anaknya lelaki akan menggantikan tahta dan Dewi Kadita harus diusir dari istana. Permintaan pertama diluluskan, tetapi untuk mengusir Kadita, Raja Munding Wangi tidak bersedia.

“Ini keterlaluan,” sabdanya. “Aku tidak bersedia meluluskan permintaanmu yang keji itu,” sambungnya. Mendengar jawaban demikian, Dewi Mutiara malahan tersenyum sangat manis, sehingga kemarahan Raja, perlahan-lahan hilang. Tetapi, dalam hati istri kedua itu dendam membara.

Hari esoknya, pagi-pagi sekali, Mutiara pengutus inang mengasuh memanggil seorang tukang sihir, si Jahil namanya. Kepadanya diperintahkan, agar kepada Dewi Kadita dikirimkan guna-guna.

“Bikin tubuhnya berkudis dan berkurap,” perintahnya. “Kalau berhasil, besar hadiah untuk kamu!” sambungnya. Si Jahil menyanggupinya. Malam harinya, tatkala Kadita sedang lelap, masuklah angin semilir ke dalam kamarnya. Angin itu berbau busuk, mirip bau bangkai. Tatkala Kadita terbangun, ia menjerit. Seluruh tubuhnya penuh dengan kudis, bernanah dan sangat berbau tidak enak.

Tatkala Raja Munding Wangi mendengar berita ini pada pagi harinya, sangat sedihlah hatinya. Dalam hati tahu bahwa yang diderita Kadita bukan penyakit biasa, tetapi guna-guna. Raja juga sudah menduga, sangat mungkin Mutiara yang merencanakannya. Hanya saja. Bagaimana membuktikannya. Dalam keadaan pening, Raja harus segera memutuskan.

Hendak diapakan Kadita. Atas desakan patih, putri yang semula sangat cantik itu mesti dibuang jauh agar tidak menjadikan aib.

Maka berangkatlah Kadita seorang diri, bagaikan pengemis yang diusir dari rumah orang kaya. Hatinya remuk redam; air matanya berlinangan. Namun ia tetap percaya, bahwa Sang Maha Pencipta tidak akan membiarkan mahluk ciptaanNya dianiaya sesamanya. Campur tanganNya pasti akan tiba. Untuk itu, seperti sudah diajarkan neneknya almarhum, bahwa ia tidak boleh mendendam dan membenci orang yang membencinya.

Siang dan malam ia berjalan, dan sudah tujuh hari tujuh malam waktu ditempuhnya, hingga akhirnya ia tiba di pantai Laut Selatan. Kemudian berdiri memandang luasnya lautan, ia bagaikan mendengar suara memanggil agar ia menceburkan diri ke dalam laut. Tatkala ia mengikuti panggilan itu, begitu tersentuh air, tubuhnya pulih kembali. Jadilah ia wanita cantik seperti sediakala. Tak hanya itu, ia segera menguasai seluruh lautan dan isinya dan mendirikan kerajaan yang megah, kokoh, indah dan berwibawa. Dialah kini yang disebut Ratu Laut Selatan.
Cerita tentang Nyi Roro Kidul ini banyak versinya. Ada versi Jawa Barat, Jawa Timur dan Yogyakarta.

Konon Nyi Roro Kidul itu tak lain adalah seorang jin yang mempunyai kekuatan dahsyat. Hingga kini masih ada saja orang yang mencari kekayaan dengan jalan pintas yaitu dengan menyembah Nyi Roro Kidul. Mereka dapat kekayaan berlimpah tetapi harus mengorbankan keluarga dan bahkan akan mati sebelum waktunya, jiwa raga mereka akan dijadikan budak bagi kejayaan Keraton Laut Selatan.

Cerita ini dapat digolongkan sebagai mitos, sebab mengaruhnya sangat mendalam, mendasr dan jauh bagi alam pikiran tradisional di Yogyakarta.

RUMUS PERHITUNGAN PARINGKELAN

Posted in KEJAWEN on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Di samping wewaran, masih ada hitungan periodik lain yang saling melengkapi. Cara perhitungannya tidak jauh berbeda dengan wewaran, ada yang langsung berkorelasi dengan angka pawukon, ada pula yang sekunder, melalui urip wewaran maupun nilai lain seperti bincilan.

Jejepan:

1. Mina, 2. Taru, 3. Sato, 4. Patra, 5. Wong, 6. Paksi

Jejepan yaitu pantangan yang berlaku sehari dan berdaur enam hari, sama dengan Sadwara. Angka pawukon dibagi 6, modulusnya jika 0 jejepannya adalah Paksi (unggas), 1=Mina (ikan), 2=Taru (kayu), 3=Sato (binatang), 4=Patra (menjalar), 5=Wong (manusia).

Ingkel:

1. Wong, 2. Sato, 3. Mina, 4. Manuk, 5. Taru, 6. Buku.

Pantangan yang berlaku seminggu, berjalan bersama wuku dan berlaku sepanjang wuku tersebut. Periodenya masing-masing 7 hari dalam siklus 6 minggu. Modulus 0=Buku (ruas), 1=Wong, 2=Sato, 3=Mina, 4=Manuk, dan modulus 5=Taru.

Pawatekan:

Watek adalah watak atau sifat. Ada 3 macam sifat yang berpengaruh yaitu Watek Agung atau Dasawara, Watek Madya, dan Watek Alit.

Menghitung watek madya: Jumlah urip saptawara dan urip pancawara dibagi 5. Sisa 0=Wong, 1=Gajah, 2=Watu, 3=Buta, 4=Suku.

Menghitung watek alit: Jumlah urip saptawara dan urip pancawara dibagi 4. Sisa 0=Lintah, 1=Uler, 2=Gajah, 3=Lembu.

Palelintangan:

Bersiklus 35 linier masing-masing berumur satu hari. Modulus 35 dari Angka pawukon dihubungkan ke nama lintang. Biasanya dihubungkan dengan abulan paweton (satu bulan weton).

Pancasuda:

Menggunakan urip khusus yang disebut kerta-aji atau biñcil pancasuda dari Saptawara, dan urip dari Pancawara sebagai berikut:
Redite 6
Soma 4
Anggara 3
Buda 7
Wrespati 5
Sukra 7
Saniscara 8

Umanis 5
Paing 9
Pon 7
Wage 4
Kliwon 8

Modulus 7 dari jumlah pasangan tersebut menghasilkan:
0 Lebu Katiyub Angin
1 Wasesa Segara
2 Tunggak Semi
3 Satriya Wibawa
4 Sumur Sinaba
5 Bumi Kapetak
6 Satriya Wirang

Pangarasan

Paarasan didapat dari modulus 10 dari jumlah Urip Saptawara dan Pancawara
Redite 5
Soma 4
Anggara 3
Buda 7
Wrespati 8
Sukra 6
Saniscara 9

Umanis 5
Paing 9
Pon 7
Wage 4
Kliwon 8
Ingat li-em-ti-tu-del-en-sem = 5437869
“Lay empty to the lonesome”

Ingat li-sem-tu-em-del = 59748
“Listen to Angel”

0 Aras Pepet atau Lakuning Pandita Sakti
1 Aras Tuding
2 Aras Kembang
3 Lakuning Lintang
4 Lakuning Rembulan
5 Lakuning Srengenge
6 Lakuning Banyu
7 Lakuning Bumi
8 Lakuning Geni
9 Lakuning Angin

Rakam

Sapta wara dan Pancawara diberi nilai (kupih) masing-masing:
Sukra 1
Saniscara 2
Redite 3
Soma 4
Anggara 5
Buda 6
Wrespati 7

Kliwon 1
Umanis 2
Paing 3
Pon 4
Wage 5

Jumlahkan kupih masing-masing pasangan kemudian modulus 6 dari jumlah itu mendapatkan:
0 Pati
1 Kala Tinantang
2 Demang Kandhuruwan
3 Sanggar Waringin
4 Mantri Sinaroja
5 Macan Katawan

ARTI SEBUAH NAMA

Posted in KEJAWEN on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Menurut pujangga-pujangga dan sarjana besar bangsa yunani kuno ” SANG PITAGORAS ” masing-masing hurup itu sudah mempunyai harga/ nilai sendiri-sendiri . Dan pula dapat untuk menghitung jalannya penghidupan dan nasib manusia dengan tepat.

A

1

B

2

C

3

D

4

E

5

F

6

G

7

H

8

I

9

J

600

K

10

L

20

M

30

N

40

O

50

P

60

Q

70

R

80

S

90

T

100

U

200

V

700

W

1400

X

300

Y

400

Z

500

Hi

800

Hv

900

Contoh: Misalnya nama yang dicari adalah:

”M A R A D O N A”

Jumlah nilai hurup-hurpnya = M ……….. 30

A …………..1

R …………..80

A …………..1

D …………..4

O ………….50

N ………….40

A ………….1

==========

Jumlah = 270 dirangkum menjadi 2+7+0=9

Artinya:

200=Sifatnya ragu-ragu.

7=Jalannya penghidupan, ketentraman, kemerdekaan, kebahagiaan

9=Ketus, Kesusahan dan kebinasaan.

Daya pengaruhnya dari masing masing hurup menurut harga / nilainya dalam angka diterangkan sebb:

1.

Kegemaran, bernafsu dan nafsu mengejar kehormatan.
2.

Kesusahan, kebinasaan dan mati
3.

Agama dan kepercayaan dan tujuan pada roh (tuhan)
4.

Keteguhan kebijaksanaan, pengaruh, kekuasaan dan tetap.
5.

Kebahagiaan, kehirmatan dan pernikahan
6.

Pekerjaan sempurna
7.

Jalannya penghidupan, ketentraman, kemerdekaan, dan kebahagiaan
8.

Perasaan pada peri keadilan
9.

Ketus, kesusahan dan kebinasaan
10.

Kesempurnaan, keharuman dan kesopanan
11.

Alamat jelek, kesushaan dan sakit-sakitan
12.

Alamat baik dan bernasib bagus
13.

Durjana dan tidak beribadat
14.

Suka berkorban
15.

Beribadat kebaikan dan sopan
16.

Kecintaan dan kebahagiaan
17.

Kecelakaan dan tabiat pelupa
18.

Kekejaman , keganasan
19.

Kebodohan / ketololan
20.

Tabiat bengis, ketus dan kedukaan
21.

Kebijaksanaan, penciptaan dan kegaiban serta keharuman
22.

Hukuman pembalasan Tuhan serta hukuman
23.

Tidak berpengetahuan tentang agama.
24.

Suka ngeluyur, kesana kemari/ melancong
25.

kecerdasan pikiran dan satu kelahiran
26.

tanda alamat baik dan berguna / berfaedah
27.

Gagah dan tabah / pemberani
28.

semboyan dari sifat kecintaan
29.

Suru mengeluarkan isi hati / perasaan secara tak langsung
30.

kemasyuran dan pernikahan
31.

nafsu gemar kemasyuran dan kebijaksanaan
32.

perkawinan / pernikahan
33.

cara teliti yang melewati batas
34.

Menanggung sengsara, sakit penyakit otak miring
35.

kesehatan dalam kerukunan
36.

kepandaian luar biasa
37.

Hidup manis dalam rumah tangga / keluarga
38.

Cacat tidak sempurna, tabiat jelek
39.

Suka dipuji puji
40.

Pesta, keramaian dan suka sukaan dan pernikahan
41.

Kenistaan umum
42.

Umur pendek dan penghidupan tidak bahagia
43.

Upacara agama dan pendeta
44.

Pengaruh, kekuasaan kerobahan
45.

Hal mengenai isi negri, nasionalisme / cinta negri
46.

Kemakmuran
47.

Hidup lama dan bahagia
48.

Pengadilan hakim dan putusan pengadilan
49.

Kemaruk pada uang
50.

Pengampunan kelepasan dan merdeka

1.

Tercerai dari istri atau suami

70. Semangat bergerak pengetahuan dan keindahan

75. dunia

77. Pengampunan penyesalan dan bertobat

80 Kesembuhan

81. Ahli di dalam seni

90. Silau kesesatan / kedukaan

100. Cita cita yang sangat maha tinggi

120. Semangat cinta negeri gemar pada kebagusan atau perubahan

200. Sifat ragu ragu

215. Kesengsaraan

300. Kesentosaan, kepercayaan dan sifat suka ilmu pengetahuan

318. Titah utusan yang maha agung

350. Penghargaan dan keadilan

360. Ramah rombongan dan berkawan

365. Suka pada ilmu bintang

400. Perjalanan lama dan letih / dengan jalan payan untuk mencapai tujuan

490. Pendeta dan agama

500. Kesucian

600. Sempurna dan Baik

666. Satu satunya manusia jahat , persekutuan / permusuhan

700. Tenaga dan kekuatan

800. Keangkeran pengaruh pemerintahan dan kekuasaan

900. Peperangan pertempuran dan pergulatan

1000. sifat kasihan dan pengampunan

1095. Pendiam

1260. Penggangguan.

1390. Pengajaran dan pendakwaan.

ILMU FALAK

Posted in KEJAWEN on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Dalam garis besarnya ilmu falak ini ada mengambil dari : Tahun, Bulan Tanggal

Sementara garis kecilnya mengambil dari terputarnya jam, menit, dalam buku ini cukup dalam perputaran jam saja.

Cara menghitung tahun sebagai berikut:

Umpama tahun 1964 = 1 + 9 + 6 + 4 =20 atau 2

Kemudian cara menghitung bulan:

Januari =1 Juli=7

Pebruari =2 Agusturs=8

Maret =3 September=9

April =4 Oktober=10

Mei =5 Nopember=11

Juni =6 Desember=12

Kalau lebih dari 9 harus dikecilkan. Cara menghitung tanggal : 1-9

Kalau 10 kembali ke 1, 11 kembali ke 12, 3 kembali ke 3 dan selanjutnya seperti mencari bulan

Contoh: Tahun 1952 = 17 atau 1+7 = 8

Januari =1……………… = 1

Tgl 5 =5……………… = 5

—————————————-

Jumlah = 14

Dikecilkan kembali menjadi 1+4=5. Maka anak yang lahir pada saat ini jatuh dibawah bintang (Mercury). Diantara siapa yang lahir didunia ini dengan menadapat jumlah angka 5 (lima) ini oleh ahli ilmu falak dikatakan rohnya orang yang berdosa. Karena angka 5 ini terletak ditengah diantara 1 sampai 9 sehingga merupakan angka naik ke 6 dan turun ke 4. Jadi dari angka tahun,bulan, tanggal itu yang berjumlah 5 hidup mereka kalau baik, baik sekali dan kalau buruk, buruk sekali atau amat buruk.

Jumlah dari angka, tahun , bulan dan tanggal itu masing masing mempunyai datya pengaruh itu tersendiri sebagai berikut:

1.

Dibawah pengaruh matahari sifat ( teguh terima )
2.

Dibawah pengaruh bulan yang bersifat lemah
3.

Dibawah pengaruh bintang johar
4.

dibawah pengaruh matahari yang bersifat lemah ( pengaruh jelek) seperti kedudukan, kegagalan dan penyesalan.
5.

Dibawah pengaruh bintang air ( mercury )
6.

Dibawah pengaruh bintang timur
7.

Dibawah pengaruh bulan yang bersifat teguh terima pengaruhnya kuat sekali untuk urusan umum terutama berhubungan dengan kaum wanita.
8.

Dibawah pengaruh bintang bumi.
9.

Dibawah pengaruh bintang api.

SODASA RSI (Syarat Mempertemukan Suami Isteri)

Posted in KEJAWEN on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Syarat mempertemukan suami istri (petemon lanang istri). Berdasarkan hari lahir, dari kedua suami istrii, dihitung dari neptu (urip). Panca wara, sad wara dan sapta wara dijumlahkan semua kemudian di bagi 16. artinya angka 16 itu dipakai titik pertemuan bersisa antara lain:

Yang bersisa 1 artinya alamat baik

Brahmana yoninya gemar memuja betara dan berdagang penghidupannya, tetapi jika awal urip suami istri itu sama, anaknya pertama /sulung akan mati kemudian selalu berbahagia dan sentosa

Sisa/temu 2 artinya: ”TIWAS PADIWARA’

Tidak kurang sedih hati senantiasa menderita sengsara kemudian akan bercerai su Indra Yoninya.

Sisa/temu 3 artinya: ”TIGA MAPASIH”

Tidak pernah berkata sepakat, selalu bertentangan , suasana rumah tangga kearah wisya yoninya.

Sisa/temu 4 artinya: ” Catur GADABAH”

Sang istri berkuasa dalam rumah tangga , sang laku kalah. Sang laku menjadi istri.

Sisa/temu 5 artinya: ”Werdi wekasan”

Suami istri selalu berkasih kasihan dalam kehidupan Indria Yoninya.

Sisa/temu 6 artinya: ” Halakarma”

Bercerai atau mati salah satu tak tenang dalam rumah tangga kemudian setelah beranak pari paripurna, tetapi kurang cita mencintai, angsa yoninya serba suci untuk menyelamatkannya.

Sisa/ temu 7 artinya: ”HAYU PASUKARMA”

Tetapi sudah bercucu akan mati akan bercucu agak lama. Perak dan emas banyak kemana ia pergi selamat parpurna, basaya yoninya. Hasilnya atau pahalanya akan berkembang.

Sisa/temu 8 artinya: ”TANAMETEN”

Bercerai atau mati salah satu tak tenang dalam rumah tangga kemudian setelah berantakan pari paripurna tetapi kurang cinta mencintai yoninya serba suci untuk menyelamatkan.

Sisa/temu 9 artinya: ”ALA KAGERINGAN”

Tidak patut dipertemukan, gila-gilaan anaknya seolah-olah terkutuk, suami kurang hawa nafsunya Chandala Yoninya.

Sisa/temu 10 artinya: ”NARI UTAMA”

Sang laki tunduk pada sang istri, sang laki senantiasa takut pada istri.

Sisa/temu 1 artinya: ”SRI EMAS”

Terlalu baik, sugih indah , anak banyak pun harta benda tidak kurang keluarga atau famili menaruh kasihan.

Sisa/temu 12 artinya: ”HALA HAYU GUNG PAHALNIYA”

Sang istri hormat/bakti kepada sang laki tidak pernah curang kemana ia pergi bersama-sama dengan istrinya karena cinta waisya yoninya.

Sisa/temu 13 artinya: ”SINGA GATAN”

Keluarga menjauh banyak hal-hal yang aneh-aneh menjadi kaya raya, bahayanya mati mendadak, kalau panjang umur dalam rumah tangga makmur dan selama-lamanya bersuka-sukaan.

Sisa/temu 14 artinya: ”HALA SUKARTAN PATUT BIJAKTA MAPASAH”

Ditinggalkan oleh famili si laki mereka akan menjadi miskin, salah besar selalu berselisih , si laki kalah oleh si perempuan.

Sisa/temu 15 artinya: ”PATUT SIDHA KARYA”

Hayu artinya berkembang biak putra pula putri suami istri bergembira, tenang keadaan rumah tangga panjang umur, segala pekerjaan / usaha beruntung besar.

Sisa/temu 16 rtinya: ”

Apa yang dikatakan selalu tidak di mufakati oleh si perempuan demikian pula sebaliknya apa yang dikatakan di permepuan dialahkan oleh sang pria, segala pekerjaannya semua gagal, tidak tentram dalam rumah tangga.

Contoh akan mencari baik dan buruknya pertemuan bersuami istri berpedoman pada SODASA RSI dan menurut perhitungan yang diterangkan dengan penjelasan sisa/temu;

Urip si A laki-lai lahir pada hari/maotonan hari: selasa kliwon, uku tambir jatuh pada wurukung mulai menghitung urip:

Selasa = 3

Kliwon = 8

Wurukung = 5

———————-

Jumlah = 16

Memperistrikan seorang gadis bernama si B lahir / maweton pada hari Rebo Kliwon wuku Matal. Jatuh Pada maulu mulai menghitung urip:

Rabu = 7

Kliwon = 8

Maulu = 3

———————

Jumlah = 18

Jumlah urip weotn laki-laki dan istri= 16+18=34 untuk mengetahui pertemuannya, jumlah itu dibagi 16=2 (34:16=2 atau 16X2=32 jadi 34-32=2 , angka 2 ini merupakan sisa/temu) pertemuan si A dengan si B disebut temu/sisa 2 Baik dan buruknya lihat daftar.

BESAR URIP SAPTAWARA BESAR URIP SADWARA

Redite =5 Tungleh = 7

Soma =4 Aryang = 6

Anggara =3 Urukung = 5

Budha =7 Paniron = 8

Werespati =8 Was = 9

Sukra =6 Maulu = 3

Saniscara =9

BESAR URIP PANCAWARA

Umanis = 5

Paing =9

POn =7

Wage =4

Kliwon =8

PERTEMUAN SUAMI ISTRI

*

Jika laki-laki lahir pada hari Umanis jangan dikawinkan kepada hari POn, segera menemui ajalnya
*

Jika laki-laki lahir pada hari Paing jangan dikawinkan istri lahir pada hari wage mereka akan menemui ajalnya/bercerai
*

Jika laki-laki lahir pada hari PON jangan dikawinkan pada istri yang lahir pada hari kliwon, mereka akan meninggal dunia menyebabkan akan berduka cita.
*

Jika laki-laki lahir pada hari Kliwon jangan dikawinkan dengan istri yang lahir Paing, mereka bersama-sama menderita, marabahaya.

HAKEKAT SEDULUR PAPAT LIMO PANCER

Posted in KEJAWEN on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Mengambil dari Kitab Kidungan Purwajati, tulisannya dimulai dari lagu Dhandanggula yang bunyinya sebagai berikut :

“Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang”.

Pada lagu diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah Marmati, Kawah, Ari – ari (plasenta/tembuni) dan Darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat di Bayi.

Jelasnya mereka berpusat di setiap manusia. Mengapa disebut Marmati, kakang Kawah, Adhi Ari – Ari dan Rahsa?
Marmati itu artinya Samar Mati (Takut Mati). Umumnya bila seorang ibu mengandung seorang bayi, sehari-hari pikirannya khawatir karena Samar Mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari – ari dan Rahsa. Oleh karena itu Rasa Samar Mati itu lalu dianggap Sadulur Tuwa (Saudara Tua). Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah Air Kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian Kawah lantas dianggap Sadulur Tuwa yang biasa disebut Kakang (kakak) Kawah. Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan lahirnya si bayi, setelah itu barulah keluar Ari-ari (placenta/ tembuni).

Karena Ari-ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai Sedulur Enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Rah/Getih = darah) yang cukup banyak. Keluarnya Rah (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu juga dianggap Sedulur Enom. Puser (Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya Saudara Empat. Dari situlah muncul semboyan ‘Saudara Empat Lima Pusat’ yang biasa disebut dalam bahasa Jawa Sedulur Papat, Lima Pancer.

Adapun Keempat nafsu yang berhubungan dengan rusaknya “persaudaraan” jasad kita dengan Sedulur Papat tersebut bisa juga digambarkan sebagai berikut :

Amarah : Bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin menang sendiri dan selalu ribut/bertengkar dan akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh karena itu, sabar adalah alat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.

Supiyah / Keindahan : Manusia itu umumnya senang dengan hal-hal yang bersifat keindahan misalnya wanita (asmara). Maka dari itu manusia yang terbenam dalam nafsu asmara/ berahi diibaratkan bisa membakar dunia.

Aluamah / Serakah : Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah. Maka dari itu, apabila nafsu tersebut tidak dikendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai tujuh turunan.

Muthmainah / Keutamaan : Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus, namun apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.

Maka dari itu, saudara empat (Sedulur Papat) harus diawasi dan diatur agar jangan sampai ngelantur. Manusia diuji agar jangan sampai kalah dengan “keempat saudaranya” yang lain, yaitu harus selalu menang atas mereka sehingga bisa mengatasinya. Kalau Manusia bisa dikalahkan oleh saudara empat ini, berarti hancurlah dunianya. Sebagai Pusat, manusia harus bisa menjadi pengawas dan menjadi patokan.

Benar tidaknya hakekat yang diterangkan diatas, silahkan anda yang menilai.

Dikutip dari : clubbing.kapanlagi.com & berdasarkan pengetahuan serta pengalaman pribadi

PENGASIHAN SANG HYANG DENTA ISMAYA (Ki Sawung)

Posted in PENGASIHAN on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Astagfirulloh…Astagfirulloh. yang kasih den kasihing, yang wisesa jasmani, tangkal asihan ruhani, ratu asihan diaranan roh idhofi, dzat asih dzat ilham, Astagfirulloh…Astagfirulloh. aran sira tandegan rasa, aran ingsun sang kulater, kun fayakun nara inten Alloh, sopo iku kang gumilang, gilang ing giri soca, sujudan rukunana ya Alloh pasti rasa. Astagfirulloh…Astagfirulloh. siraku menggang herang, ngir anu putih resma putih, ya ingsun sang tesma putih, Astagfirulloh…Astagfirulloh. Allohuma wujud suci, pandita acina rasa, rasa sajatining hurip, dzat hilang hilangna ku panarima, Astagfirulloh…Astagfirulloh. Allohuma wujud putih, nur suhud hayu gaiban ing dzatulloh hayu gaiban hayu gaiban
Lakune: puasa 3 hari, disaat puasa kalau buang air g boleh smbil kencing, g boleh tidur smbil berbaring, g boleh duduk smbil bersandar, g boleh bersiul siul. Tidak puasa pun bisa karena daya mantra ini terlalu kuat asal dihapalin az, setelah sering di baca maka akan datang petunjuk gaibnya sendiri mengajarkan secara khusus untuk apa kegunaannya dan bagaimana cara membaca dan menggunakannya…
Ket: Dalam kehidupan sehari2 kita selalu dihargai dan diperhatikan oleh wanita. ketika hati kita tergerak dan ingat dngan mantra ini maka bacalah…

PENANGGALAN JOWO

Posted in KEJAWEN on 9 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

1. PANCAWARA – PASARAN
Perhitungan dengan siklus 5 harian, yaitu :

* Kliwon / Kasih
* Legi / Manis
* Pahing / Jenar
* Pon / Palguna
* Wage / Kresna / Langking

2. SADWARA-PARINGKELAN
Perhitungan hari dengan siklus 6 harian, yaitu :

* Tungle / Daun
* Aryang / Manusia
* Wurukung / Hewan
* Paningron / Mina / Ikan
* Uwas / Peksi / Burung
* Mawulu / Taru / Benih

3. SAPTAWARA-PADINAN
Perhitungan hari dengan siklus 7 harian, yaitu :

* Ahad / Radite
* Senin / Soma
* Selasa / Anggara
* Rabu / Budha
* Kamis / Respati
* Jumat / Sukra
* Sabtu / Tumpak / Saniscara

4. HASTAWARA-PADEWAN
Perhitungan hari dengan siklus 8 harian, yaitu :

* Sri
* Indra
* Guru
* Yama
* Rudra
* Brama
* Kala
* Uma

5. SANGAWARA-PADANGON
Perhitungan hari dengan siklus 9 harian, yaitu :

* Dangu / Batu
* Jagur / Harimau
* Gigis / Bumi
* Kerangan / Matahari
* Nohan / Rembulan
* Wogan / Ulat
* Tulus / Air
* Wurung / Api
* Dadi / Kayu

6. WUKU
Perhitungan hari dengan siklus mingguan dari 30, yaitu :

* Sinta
* Landhep
* Wukir
* Kurantil
* Tolu
* Gumbreg
* Warigalit
* Wariagung
* Julungwangi
* Sungsang
* Galungan
* Kuningan
* Langkir
* Mandhasiya
* Julungpujud
* Pahang
* Kuruwelut
* Marakeh
* Tambir
* Medhangkungan
* Maktal
* Wuye
* Manahil
* Prangbakat
* Bala
* Wugu
* Wayang
* Kulawu
* Dhukut
* Watugunung

7. BULAN JAWA ADA 12, yaitu :

* Suro
* Sapar
* Mulud
* Bakdamulud
* Jumadilawal
* Jumadilakhir
* Rajab
* Ruwah
* Puasa
* Syawal
* Dulkangidah
* Besar

8. TAHUN JAWA ADA 8, yaitu :

* Alip
* Ehe
* Jimawal
* Je
* Dal
* Be
* Wawu
* Jimahir

9. WINDU – Umurnya 8 tahun, yaitu :
* Adi / Linuwih
* Kuntara / Ulah
* Sengara / Panjir
* Sancara / Sarawungan

10. MANGSA jumlahnya 12, yaitu :

* Kasa / Kartika
* Karo / Pusa
* Katiga / Manggasri
* Kapat / Setra
* Kalima / Manggala
* Kanem / Maya
* Kapitu / Palguna
* Kawolu / Wisaka
* Kasanga / Jita
* Kasepuluh / Srawana
* Kasawelas / Sadha
* Karolas / Asuji