MANDI SELAMAT

Posted in Mandi Selamat on 10 April 2011 by Cepot Kinayungan

niat ingsun ang adusi
sedulur papet
limo pancer
enem bumi
pitu suci
wolu mulio
songo absah
sepuloh sempurno ne urip
hilang duso hilang loro
keri joyo
hatcer mancer cohoyoku
koyo tanggel 14
berkat kunfayakun lailahaillallah…
cara laku:
selapas ijazah mandi 7 hari malam 14 sampai malam 21. macam2 faedah.
Jika berjalan sendirian, bacalah:
“Badan-badanku badan rohani, kumebul tanpo geni, wangi tanpo gondo, wong sakethi podho mati, wong
sewu podho turu, amung aku kang ora turu, pinaringan kaprayitnan kabeh.”
Lakune: tidak tidur sehari semalam.
Ilmu ini pegangannya Sunan Kalijaga waktu masih muda, masih dipanggil dengan nama Raden Sahid,
masih suka berkelana, dan belum diangkat jadi wali. Berkhasiat meningkatkan kewaspadaan.

CIPTA TUNGGAL

Posted in Cipta Tunggal on 10 April 2011 by Cepot Kinayungan

cipta bermakna: pengareping rasa,
tunggal artinya satu atau difokuskan ke satu obyek.
Jadi Cipta Tunggal bisa diartikan sebagai konsentrasi cipta.
1. Cipta, karsa ( kehendak ) dan pakarti ( tindakan ) selalu aktif selama orang itu masih hidup. Pakarti
bisa berupa tindakan fisik maupun non fisik, pakarti non fisik misalnya seseorang bisa membantu
memecahkan atau menyelesaikan masalah orang lain dengan memberinya nasehat, nasehat itu berasal
dari cipta atau rasa yang muncul dari dalam. Sangatlah diharapkan seseorang itu hanya menghasilkan
cipta yang baik sehingga dia juga mempunyai karsa dan pakarti/tumindak yang baik, dan yang berguna
untuk diri sendiri atau syukur -syukur pada orang lain.
2. Untuk bisa mempraktekkan tersebut diatas, orang itu harus selalu sabar, konsestrasikan cipta untuk
sabar, orang itu bisa makarti dengan baik apabila kehendak dari jiwa dan panca indera serasi lahir dan
batin. Ingatlah bahwa jiwa dan raga selalu dipengaruhi oleh kekuatan api, angin, tanah dan air.
3. Untuk memelihara kesehatan raga, antara lain bisa dilakukan :
a. Minumlah segelas air dingin dipagi hari, siang dan malam sebelum tidur, air segar ini bagus untuk
syarat dan bagian-bagian tubuh yang lain yang telah melaksanakan makarti.
b. Jagalah tubuh selalu bersih dan sehat, mandilah secara teratur di negeri tropis sehari dua kali.
c. Jangan merokok terlalu banyak.
d. Konsumsilah lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan dan sedikit daging, perlu diketahui daging
yang berasal dari binatang yang disembilah dan memasuki raga itu bisa berpengaruh kurang baik, maka
itu menjadi vegetarian ( tidak makan daging ) adalah langkah yang positif.
e. Kendalikanlah kehendak atau nafsu, bersikaplah sabar, narima dan eling. Janganlah terlalu banyak
bersenggama, seminggu sekali atau dua kali sudah cukup.
4. Berlatihlah supaya cipta menjadi lebih kuat, pusatkan cipta kontrol panca indera. Tenangkan badan (
heneng ) dengan cipta yang jernih dan tentram ( hening ) Bila cipta bisa dipusatkan dan difokuskan
kearah satu sasaran itu bagus, artinya cipta mulai mempunyai kekuatan sehingga bisa dipakai untuk
mengatur satu kehendak.
5. Buatlah satu titik atau biru ditembok atau dinding ( . ) duduklah bersila dilantai menghadap ke tembok,
pandanglah titik itu tanpa berkedip untuk beberapa saat, konsentrasikan cipta, kontrol panca indera, cipta
dan pikiran jernih ditujukan kepada titik tersebut. Jangan memikirkan yang lain, jarak mata dari titik
tersebut kira-kira tujuh puluh lima sentimeter, letak titik tersebut sejajar dengan mata, lakukan itu
dengan santai.
6. Lakukan latihan pernafasan dua kali sehari, pada pagi hari sebelum mandi demikian juga pada sore
hari sebelum mandi tarik nafas dengan tenang dalam posisi yang enak.
7. Lakuakan olah raga ringan ( senam ) secara teratur supaya badan tetap sehat, sehingga mampu
mendukung latihan olah nafas dan konsentrasi.
8. Hisaplah kedalam badan Sari Trimurti pada hari sebelum matahari terbit dimana udara masih bersih,
lakukan sebagai berikut :
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik minggu I : 3 kali
15 detik 10 detik 15 detik 40 detik minggu II : 3 kali
20 detik 10 detik 20 detik 50 detik minggu III : 3 kali
26 detik 08 detik 26 detik 60 detik minggu IV : 3 kali
9. Untuk memperkuat otak tariklah nafas dengan lobang hidung sebelah kiri dengan cara menutup hidung
sebelah kiri dengan cara menutup lobang hidung sebelah kanan dengan jari, lalu tahan nafas selanjutnya
keluarkan nafas melalui lobang hidung sebelah kanan, dengan menutup lobang hidung sebelah kiri dengan
jari.
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
4 detik 8 detik 4 detik 16 detik minggu I : 7 kali
10 detik 7 detik 10 detik 27 detik minggu II : 7 kali
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik minggu III & IV : 7 kali
20 detik 20 detik 20 detik 60 detik minggu V : 7 kali
10. Karsa akan terpenuhi apabila nasehat-nasehat diatas dituruti dengan benar, praktekkan samadi pada
waktu malam hari, paling bagus tengah malam ditempat atau kamar yang bersih. Kontrol panca indera,
tutuplah sembilan lobang dari raga, duduk bersila dengan rilek, fokuskan pandangan kepada pucuk
hidung. Tarik nafas, tahan nafas, dan keluarkan nafas dengan tenang dan santai, konsentrasikan cipta lalu
dengarkan suara nafas. Pertama-tama akan dirasakan sesuatu yang damai dan apabila telah sampai
saatnya orang akan bisa berada berada dalam posisi hubungan harmonis antara kawula dan Gusti ALLAH
11. Cobalah lakukan sebagai berikut :
a. Lupakan segalanya selama dua belas detik
b. Dengan sadar memusatkan cipta kepada dzat yang agung selama seratus empat puluh detik.
c. Jernihkan pikiran dan rasa selama satu, dua atau tiga jam ( semampunya)
12. Tujuh macam tapa raga, yang perlu dilakukan
a. Tapa mata, mengurangi tidur artinya jangan mengejar pamrih.
b. Tapa telinga, mengurangi nafsu artinya jangan menuruti kehendak jelek.
c. Tapa hidung, mengurangi minum artinya jangan menyalahkan orang lain
d. Tapa bibir, mengurangi makan artinya jangan membicarakan kejelekan orang lain
e. Tapa tangan, jangan mencuri artinya jangan mudah memukul orang
f. Tapa alat seksual, mengurangi bercinta dan jangan berzinah
g. Tapa kaki, mengurangi jalan artinya jangan membuat kesalahan
13. Tujuh macam tapa jiwa yang perlu dilakukan
a. Tapa raga, rendah hati melaksanakan hanya hal yang baik
b. Tapa hati, bersyukur tidak mencurigai orang lain melakukan hal yang jahat
c. Tapa nafsu, tidak iri kepada sukses orang lain, tidak mengeluh dan sabar pada saat menderita
d. Tapa jiwa, setia tidak bohong, tidak mencampuri urusan orang
e. Tapa rasa, tenang dan kuat dalam panalongso
f. Tapa cahaya, bersifat luhur berpikiran jernih
g. Tapa hidup, waspada dan eling
14. berketetapan hati
a. tidak ragu-ragu
b. selalu yakin orang yang kehilangan keyakinan atas kepercayaan diri adalah seperti pusaka yang
kehilangan yoninya atau kekuatannya
15. Menghormati orang lain tanpa memandang jenis kelamin, kedudukan, suku, bangsa, kepercayaan dan
agama, semua manusia itu sama : saya adalah kamu ( tat twan asi ). Artinya kalau kamu berbuat baik
kepada orang lain, itu juga baik buat kamu, kalau kamu melukai orang lain itu juga melukai dirimu
sendiri.
16. Sedulur papat kalimo pancer
Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat (saudara empat) yang selalu menyertai
seseorang dimana saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh
kekausaan alam untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan jasmani, tetapi
ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang serasi dengan mereka yaitu :
a. Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur
warnanya putih.
b. Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya
kuning.
c. Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya
merah
d. Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima itulah badan jasmani kamu.
Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo pancer, mereka ada karena kamu ada. Sementara orang
menyebut mereka keblat papat lima tengah, ( empat jurusan yang kelima ada ditengah ). Mereka berlima
itu dilahirkan melalui ibu, mereka itu adalah Mar dan Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang
dihasilkan karena perjuangan ibu saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah udara yang merupakan
rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan
kuning, kamu bisa meminta bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa brata ( laku
spiritul yang sungguh-sungguh )
17. Tingkatkan sembah, menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti juga menghormati dan
memujaNYA, istilah lainnya ialah Pujabrata. Ada guru laku yang mengatakan bahwa seseorang itu tidak
diperkenankan melakukan pujabrata, sebelum melewati tapabrata.
a. Sembah raga
Ini adalah tapa dari badan jasmani, seperti diketahui badan hanyalah mengikuti perintah batin dan
kehendak. Badan itu maunya menyenag-nyenangkan diri, merasa gembira tanpa batas. Mulai hari ini,
usahakan supaya badan menuruti kehendak cipta yaitu dengan jalan: bangun pagi hari, mandi, jangan
malas lalau sebagai manusia normal bekerjalah. Makanlah makanan yang tidak berlebihan dan tidur
secukupnya saja: makan pada waktu lapar, minum pada waktu haus, tidur pada waktu sudah mengantuk,
pelajarilah ilmu luhur yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
b. Sembah cipta
1. Kamu harus melatih pikiranmu kepada kenyataan sejati kawula mengenal Gusti.
2. Kamu harus selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan benar, kontrollah nafsumu dan taklukan
keserakahan. Dengan begitu rasa kamu akan menjadi tajam dan kamu akan mulai melihat kenyataan.
Berlatih cipta sebagai berikut :
1. akukan dengan teratur ditengah, ditempat yang sesuai.
2. Konsentrasikan rasa kamu
3. Jangan memaksa ragamu, laksanakan dengan santai saja
4. Kehendahmu jernih, fokuskan kepada itu
5. Biasakanlah melakukan hal ini, sampai kamu merasa bahwa apa yang kamu kerjakan itu adalah
sesuatu yang memang harus kamu kerjakan, dan sama sekali tidak menjadi beban
Kini kamu berada dijalan yang menuju ke kenyataan sejati, kamu merasa seolah-olah sepi tidak ingat
apapun, seolah-olah badan astral dan mental tidak berfungsi, kamu lupa tetapi jiwa tetap eling ( sadar )
itulah situasi heneng dan hening dan sekaligus eling kesadaran dari rasa sejati. Ini hanya bisa
dilaksanakan dengan keteguhan hati sehingga hasilnya akan terlihat.
c Sembah jiwa
Sembah jiwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rasa yang mendalam menggunakan jiwa suksma
yang telah kamu temui pada waktu pada heneng, hening dan eling, ini adalah sembah batin yang tidak
melibatkan lahir. Apabila kamu melihat cahaya yang sangat tenang tetapi tidak menyilaukan itu pertanda
kamu sudah mulai membuka dunia kenyataan. Cahaya itu adalah pramana kamu sendiri, kamu akan
merasa yakin pada waktu bersamadi, kamu dan cahaya itu saling melindungi.
d. Sembah rasa artinya sejati ( rasa sejati )
1 Kita bisa mengerti dengan sempurna untuk apa kita diciptkan dan selanjutnya apakah tujuan hidupmu.
2. Kita akan mengerti dengan sempurna atas kenyataan hidup dan keberadaan semua mahluk melalui
olah samadi atau memahami Sangkan Paraning Dumadi, hubungan harmonis antara kawula dan Gusti
layaknya seperti manisnya madu dan madunya, tidak terpisahkan.
Nyinau ngilmu kedah ngertos ilmunipun
Ilmu bebukanipun sarana pikir
Ngilmu lelabetan kalian laku
Olehipun sampurna kedah kekalih
Menawi sampun lajeng kagunaknya
Adamel uruping sasamya
Samodraning guna agesang

MANUNGGALING RASA KAWULA-GUSTI

Posted in KEJAWEN on 8 April 2011 by Cepot Kinayungan

Sajatine Ingsun Dat kang amurba amisesa,
kang kuwasa anitahake sawiji-wiji,
dadi padha sanalika,
sampurna saka ing kodrating-Sun,
ing kono wus kanyatahan Pratandhaning apngaling-Sun,
minangka bubukaning iradating-Sun,
kang dhingin Ingsun anitahake kayu,
aran sajaratul yakin,
tumuwuh ing sajroning ngalam
ngadam-makdum ajali abadi,
nuli cahya aran Nur Muhammad,
nuli kaca aran miratul kayai,
nuli nyawa aran roh ilapi,
nuli dammar aran kandil,
nuli sosotya aran darrah,
nuli dhinding jalal aran kijab,
kang minangka warananing kalarating-Sun

(Sesungguhnya Aku Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa,
yang berkuasa menciptakan sesuatu, terjadi dalam seketika,
sempurna lantaran kodratku, sebagai pertanda perbuatan-Ku,
merupakan kenyataan kehendak-Ku, Mula-mula Aku menciptakan
hayyu bernama sajaratul yakin, tumbuh dalam alam makdum yang azali abadi, setelah itu cahaya bernama Nur Muhammad, kemudian kaca bernama miratul kayai, selanjutnya nyawa bernama roh idlafi, lampu bernama kandil, lalu permata bernama dharrah, kemudian dinding jalal bernama hijab, yang menjadi penutup kehadirat-Ku.)

Dalam Serat Wirid Hidayat Jati karya Ranggawarsita tersebut, termuat urutan kejadian Dzat dan Sifat dan Af’al (perbuatan) Tuhan. Yang dimaksud dengan AKU atau INGSUN dalam serat itu tidak lain adalah diri Dzat yang Mutlak. AKU sang Diri Sejati itu mulanya “tersembunyi” atau dumunung di Nukat Ghaib. Nukat artinya Wiji sedangkan Ghaib artinya samar. AKU atau INGSUN kemudian berniat menyatakan diri sebagai PENCIPTA SEGALA SESUATU.

“Niat Ingsun….” begitu doa orang Jawa biasa diucapkan adalah meniru apa yang disampaikan Tuhan untuk memulai proses-proses penciptaan. Akhirnya dimulailah ketujuh pangkat penjelmaan Dzat (tujuh martabat) yang disimbolisasikan ke dalam khasanah Jawa dengan Pohon Dunia, Cahaya, Cermin, Wajawa (roh Idhafi), Dian (kandil), permata (dharrah), dinding jalal (penjelmaan insan kamil).

Keberadaan Dzat Tuhan itu ibarat CERMIN YANG AMAT JERNIH atau KACAWIRANGI. Yaitu DIRI yang diliputi kekosongan yang berisi TYAS CIPTA HENING. Cermin itu tidak ada bandingannya, tidak punya rupa, warna, kosong tidak ada apa-apanya. Namun adalah kesalahan bahwa kekosongan Dzat Tuhan adalah TIDAK ADA, sebab CERMIN itu TETAP ADA.

Ki Soedjonoredjo penulis buku Wewadining Rasa mengatakan kesalahan anggapan bahwa TUHAN ITU TIDAK ADA, sebagai berikut: “Mbok menawa ana sawenehing manungso kang kliru ora percaya marang anane kang murbeng alam. Dadi ananing dhirine lan anane kang gumelar gumandhul karang kabeh, kaanggep gumandul marang suwung kang mangkono iku umpamakna nganggep suwung marang warna rupaning kaca benggela, satemah kaca benggala dipadhakake karo kothongan kang pancen suwung babar pisan. Apa iku bener?”

Wujud cermin sejati atau kacawirangi adalah “wangwung”, tidak ada apa-apa. Pantas bila orang lalu menganggapnya tidak ada sebab cermin itu terlihat begitu jernih, seperti tidak adanya rupa apapun. Tapi cermin itu tetap ada. CERMIN SEJATI ITU SATU TAPI TIDAK TERHINGGA JENIS DAN BILANGANNYA.

Orang yang hubungan MIKROKOSMOS dan MAKROKOSMOS nya masih kacau cenderung menganggap cermin itu tidak ada. Padahal, Hakikat Cermin adalah daya tunggal getar kodrat yang harmonis. Semua yang tunggal daya juga tunggal rasa. Misalnya daya tunggal yang disebut pengelihatan, itu tidak sama dengan dengan pendengaran. Daya tunggal-daya tunggal yang tiada batas jenis dan bilangannya itu dibingkai oleh keadaan sejati.

Di dalam buku Dewa Ruci (Yasadipura) terdapat inti ajaran mengenai “cermin” tersebut di atas sebagai berikut: “Badan njaba wujud kita iki, badan njero mungguwing jroing kaca, ananging dudu pangilon, pangilon jroning kalbu yeku wujud kita pribadi, cumithak jro panyipta, ngeremken pandudu, luwih gedhe barkahira, lamun janma wus gambuh ing badan batin, sasat srisa bathara”

Kisah Dewaruci ini adalah inti Sangkan Paraning Dumadi, sekaligus sebagai pengungkapan ajaran Kawulo Gusti sampai kepada jarak yang sedekat-dekatnya yang dikenal sebagai PAMORING KAWULO GUSTI atau JUMBUHING KAWULO GUSTI. Ajaran tentang sangkan paraning dumadi yang dilaksanakan sebagai pedoman hidup praktis sehari-hari, sebagaimana yang terungkap dalam buku Jati Murti itu merupakan ajaran yang mudah dipahami. Sisi praktisnya terungkap dalam pernyataan yang sering disampaikan oleh Ki Damardjati Supadjar:

“Ora perlu kabotan tresna marang daden-daden, tresnaa marang sing dadi. Nanging aja gething marang daden-daden, sebab ing kono ana sing dadi”

Pernyataan ini, kata Ki Damardjati, menjelaskan hubungan antara KEJADIAN dan YANG MENJADIKAN, atau YANG DIRASA dengan YANG MERASA. Yang menghubungkan keduanya adalah RASA. Alam semesta ini adalah yang dirasakan, bukan rasa atau yang merasakan. Yang digunakan untuk merasa ialah rasa bukan yang dirasakan atau yang merasakan. Jadi, kenyataan sejati itu bukan yang dirasakan atau bukan yang dipergunakan untuk merasa, melainkan yang merasa. Yang dirasa disebut MAKROKOSMOS, yang dipakai merasa disebut MIKROKOSMOS. Yang merasa disebut KENYATAAN SEJATI.

Di dalam hubungan ini, ada tiga kemungkinan pengalaman yaitu LUPA, INGAT dan INGATAN SEMPURNA. Lupa = larut ke yang dirasakan, tidak memperhatikan rasanya, apalagi yang merasa. Ingat = waspada tentang rasa, tidak larut ke yang dirasakan. Ingatan sempurna = waspada terhadap yang merasa, tidak larut ke rasanya apalagi yang dirasakan.

Dalam filsafat ketuhanan Jawa, hubungan Manusia dan Tuhan (Kawulo-Gusti) memiliki makna sangat mendalam. Manusia harus merasakan benar-benar bahwa dirinya adalah hamba-Nya atau KUMAWULA yang artinya dirinya merupakan cermin yang sejati, sehingga Tuhan dan bayangan-Nya sungguh-sungguh tidak terhalang oleh kotoran sedikitpun. Hal ini ditandai oleh koreksi terus menerus atas diri “aku” manusia sehingga mencapai kualitas PRAMANA.

Diungkapkan oleh Ki Damardjati, ketika rasa perasaan belum jernih, adalah rasa perasaan itu yang dianggap PRIBADI oleh si rasa perasaan. Artinya si rasa perasaan mengaku aku supaya dianggap: AKU. Jadi rasa perasaan manusia itu ternyata memang tidak bisa melihat yang meliputinya. Jadi dalam perbuatan MERASA, bahkan menghalang halangi. Karenanya, dapatnya manusia melihat terhadap yang meliputinya, tidak ada jalan lain kecuali TIDAK dengan MERASA, yaitu RASA PERASAAN KEMBALI KEPADA YANG MELIPUTI (Pribadi/Rasa Sejati). Apabila sudah tidak terhalang daya rasa perasaan, maka hanya PRIBADI yang ADA, disitulah baru mengetahui terhadapi DIA, yaitu yang MEMILIKI RASA PERASAAN, bukan RASA PERASAAN YANG DIPUNYAI.

Sultan Agung menerangkan perbedaan antara Kawulo Gusti dengan perantaraan 16 terminologi yang memperjelas hubungan antara Gusti (YANG DISEMBAH) dan Kawulo (YANG MENYEMBAH) sebagai berikut: Dzat-sifat, Rasa-pangrasa, Cipta-ripta, Yang disembah-yang menyembah, Kodrat-iradat, Qadim-baru, Sastra-gendhing, Yang Bercermin-bayangannya, Suara-gema, Lautan-ikan, Pradangga-gendhingnya, Papan Tulis-tulisannya, Manikmaya-Hyang Guru, Dalang-wayang, Busur-anak panah, Wisnu-kresna.

Dalam konteks pencapaian pribadi manusia tertinggi atau “pamungkasing dumadi” atau “sampurnaning patrap” adalah LULUHING DIRI PRIBADI, LULUHING RAOS AKU. Itulah pamungkasing dumadi, di situ lenyap tabir kenyataan yang sebenarnya.

Manusia yang sempurna dengan demikian adalah manusia yang luluhnya “aku” yang “diengkaukan” (krodomongso) digantikan dengan “aku” yang tidak mungkin diengkaukan (dudu kowe).

Hubungan antara Kawulo-Gusti ini, akan ditutup dengan pernyataan Ranggawarsita: “Sakamantyan denira angudi, widadaning ingkang saniskara, karana tan kena mleset, surasaning kang ngelmu, nora kena madayeng jangji, jangjine mung sapisan, purihen den kumpul, gusti kalawan kawula, supadine dinadak bisa umanjing, satu munggwing rimbagan” (Upaya untuk mencapai pemahaman haruslah terus menerus sepanjang hidup, agar tercapai keselamatan lahir-batin, yaitu KESESUAIAN HUKUM TUHAN, sebagai suatu janji, bahwa MANUSIA ITU WUJUD PERTEMUAN KAWULA GUSTI, artinya WAKIL TUHAN, sedemikian rupa seperti cincin permata).

Sebagai Wakil Tuhan di alam semesta, manusia telah diberi berbagai perangkat lunak sehingga dia bisa berhubungan secara langsung dan berkomunikasi dengan Tuhan sebagai GURU PALING SEJATI MANUSIA. Dalam Wirid Hidayat Jati dipaparkan ada tujuh unsur pokok penyusun diri manusia itu:

1. Hayyu (hidup) = disebut ATMA, terletak di luar DZAT
2. Nur (cahaya) = disebut PRANAWA terletak di luar Hayyu
3. Sir (Rahsa) = disebut PRAMANA terletak di luar Nur
4. Roh (Nyawa) = disebut Suksma, terletak diluar Rahsa
5. Nafs (Angkara) = letaknya di luar suksma
6. Akal (budi) =letaknya diluar nafsu
7. Jasad (badan) = letaknya di luar budi.

Keterangan: Ada keterpaduan antara unsur di atas yaitu:
• Suksma wahya = patemoning jasad lan napas
• Suksma dyatmika = patemoning napas lan budi
• Suksma lana = patemoning budi lan napsu
• Suksma mulya = patemoning napsu lan nyawa
• Suksma sajati =patemoning nyawa lan rahsa
• Suksma wasesa = patemoning rahsa lan cahya
• Suksma kawekas = patemoning cahya lan urip

Penutup:
Terdapat kesulitan memahami hakekat hubungan antara Kawulo-Gusti dalam jagad filsafat ketuhanan Jawa bila kita hanya membaca dengan kemampuan akal budi. Dalam ajaran Jawa, kita diajari untuk melakukan praktik mistik dengan kepercayaan yang benar-benar penuh sehingga terwujud harmoni dan kesatuan dengan tujuan kosmos. Ini akan membuahkan kondisi-kondisi fisik dan metafisik yang bermanfaat bagi kita semua. Tuhan bersemayam di unsur terdalam pada diri manusia sehingga “Kenalilah diri sendiri, maka kau akan mengenal Tuhanmu.”

BY WONG ALUS

PANDAWA LIMA

Posted in Pandawa on 7 April 2011 by Cepot Kinayungan

Pandawa adalah sebuah kata dari bahasa Sanskerta (Dewanagari: पाण्डव; Pāṇḍava), yang secara harfiah berarti anak Pandu (Dewanagari: पाण्डु; IAST: Pāṇḍu), yaitu salah satu Raja Hastinapura dalam wiracarita Mahabharata. Dengan demikian, maka Pandawa merupakan putra mahkota kerajaan tersebut. Dalam wiracarita Mahabharata, para Pandawa adalah protagonis sedangkan antagonis adalah para Korawa, yaitu putera Dretarastra, saudara ayah mereka (Pandu). Menurut susastra Hindu (Mahabharata), setiap anggota Pandawa merupakan penjelmaan (penitisan) dari Dewa tertentu, dan setiap anggota Pandawa memiliki nama lain tertentu. Misalkan nama “Werkodara” arti harfiahnya adalah “perut serigala”. Kelima Pandawa menikah dengan Dropadi yang diperebutkan dalam sebuah sayembara di Kerajaan Panchala, dan memiliki (masing-masing) seorang putera darinya.
Para Pandawa merupakan tokoh penting dalam bagian penting dalam wiracarita Mahabharata, yaitu pertempuran besar di daratan Kurukshetra antara para Pandawa dengan para Korawa serta sekutu-sekutu mereka. Kisah tersebut menjadi kisah penting dalam wiracarita Mahabharata, selain kisah Pandawa dan Korawa main dadu.
1. Yudistira
Yudistira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Kunti. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Dhramasuta (putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan surga.
2. Bima
Bima merupakan putra kedua Kunti dengan Pandu. Nama bhimā dalam bahasa Sansekerta memiliki arti “mengerikan”. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan sehingga dijuluki Werkodara. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari ras rakshasa bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, Yudistira. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung Himalaya. Di sana ia meninggal dan mendapatkan surga. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkaca ialah Antareja dan Antasena.
3. Arjuna
Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan Pandu. Namanya (dalam bahasa Sansekerta) memiliki arti “yang bersinar”, “yang bercahaya”. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Drona. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Kurukshetra. Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Rajasuya yang diselenggarakan Yudistira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada di surga); Partha (putera Kunti – karena ia merupakan putra Perta alias Kunti). Dalam pertempuran di Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira diangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawai. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai surga.
4. Nakula
Nakula merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Sadewa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata pedang. Dropadi berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan Yudistira. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengasuh kuda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.
5. Sadewa
Sadewa merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakula, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Yudistira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengembala sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.
A. Riwayat singkat
A.1. Masa kanak-kanak
Pandawa lima yang terdiri atas Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula dan Sadewa, memiliki saudara yang bernama Duryodana dan 99 adiknya yang merupakan anak dari Dretarastra yang tak lain adalah paman mereka, sekaligus Raja Hastinapura. Sewaktu kecil mereka suka bermain bersama, tetapi Bima suka mengganggu sepupunya. Lambat laun Duryodana merasa jengkel karena menjadi korban dan gangguan dari ejekan Bima. Suatu hari Duryodana berpikir ia bersama adiknya mustahil untuk dapat meneruskan tahta dinasti Kuru apabila sepupunya masih ada. Mereka semua (Pandawa lima dan sepupu-sepupunya atau yang dikenal juga sebagai Korawa) tinggal bersama dalam suatu kerajaan yang beribukota di Hastinapura. Akhirnya berbagai niat jahat muncul dalam benaknya untuk menyingkirkan para Pandawa beserta ibunya.
A.2. Usaha pertama untuk menyingkirkan Pandawa
Dretarastra yang mencintai keponakannya secara berlebihan mengangkat Yudistira sebagai putra mahkota tetapi ia langsung menyesali perbuatannya yang terlalu terburu-buru sehingga ia tidak memikirkan perasaan anaknya. Hal ini menyebabkan Duryodana iri hati dengan Yudistira, ia mencoba untuk membunuh para Pandawa beserta ibu mereka yang bernama Kunti dengan cara menyuruh mereka berlibur ke tempat yang bernama Waranawata. Di sana terdapat bangunan yang megah, yang telah disiapkan Duryodana untuk mereka berlibur dan akan membakar bagunan itu di tengah malam pada saat Pandawa lima sedang terlelap tidur. Segala sesuatunya yang sudah direncanakan Duryodana dibocorkan oleh Widura yang merupakan paman dari Pandawa. Sebelum itu juga Yudistira juga telah diingatkan oleh seorang petapa yang datang ke dirinya bahwa akan ada bencana yang menimpannya oleh karena itu Yudistira pun sudah berwaspada terhadap segala kemungkinan. Untuk pertama kalinya Yudistira lolos dalam perangkap Duryodana dan melarikan diri ke hutan rimba. Di hutan rimba, Pandawa bertemu dengan raksasa Hidimba, dan adiknya Hidimbi. Hidimba dibunuh oleh Bima, lalu Hidimbi dinikahi. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca. Setelah beberapa lama, Hidimbi dan Gatotkaca berpisah dengan para Pandawa sebab para pangeran tersebut harus melanjutkan perjalanannya.
A.3. Para Pandawa mendapatkan Dropadi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dropadi
Pandawa lima yang melarikan diri ke rimba mengetahui akan diadakan sayembara di Kerajaan Panchala dengan syarat, barang siapa yang dapat membidik sasaran dengan tepat boleh menikahkan putri Raja Panchala (Drupada) yang bernama Panchali atau Dropadi. Arjuna pun mengikuti sayembara itu dan berhasil memenangkannya, tetapi Bima yang berkata kepada ibunya, “lihat apa yang kami bawa ibu!”. Kunti, menjawab, “Bagi saja secara rata apa yang kalian dapat”. Karena perkataan ibunya. Pancali pun bersuamikan lima orang.
A.4. Perselisihan antar keluarga
Bima merobek dada Dursasana dan meminum darahnya di medan perang Kurukshetra. Lukisan dari Lahore, th. 1930-an.
Pamannya (Dretarastra) yang mengetahui bahwa Pandawa lima ternyata belum mati pun mengundang mereka untuk kembali ke Hastinapura dan memberikan hadiah berupa tanah dari sebagian kerajaannya, yang akhirnya Pandawa lima membangun kota dari sebagian tanah yang diberikan pamannya itu hingga menjadi megah dan makmur yang diberi nama Indraprastha. Duryodana yang pernah datang ke Indraprastha iri melihat bangunan yang begitu indah, megah dan artistik itu. Setelah pulang ke Hastinapura ia langsung memanggil arsitek terkemuka untuk membangun pendapa yang tidak kalah indahnya dari pendapa di Indraprastha. Bersamaan dengan pembangunan pendapa di Hastinapura ia pun merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan Yudistira dan adik adiknya. Yang pada akhirnya Yudistra pun terjebak dalam rencananya Duryodana dan harus menjalani pengasingan selama 14 Tahun, di dalam pengasingan itu Yudistira pun menyusun rencana untuk membalas dendam atas penghinaan yang telah dilakukan Duryodana dan adik adiknya, yang akhirnya memicu terjadinya perang besar antara Pandawa dan Korawa serta sekutu-sekutunya.
A.5. Pertempuran besar di Kurukshetra
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang di Kurukshetra
Pertempuran besar di Kurukshetra (atau lebih dikenal dengan istilah Bharatayuddha di Indonesia) merupakan pertempuran sengit yang berlangsung selama delapan belas hari. Pihak Pandawa maupun pihak Korawa sama-sama memiliki ksatria-ksatria besar dan angkatan perang yang kuat. Pasukan kedua belah pihak hampir gugur semuanya, dan kemenangan berada di pihak Pandawa karena mereka berhasil bertahan hidup dari pertempuran sengit tersebut. Semua Korawa gugur di tangan mereka, kecuali Yuyutsu, satu-satunya Korawa yang memihak Pandawa sesaat sebelum pertempuran berlangsung.
A.6. Akhir riwayat
Setelah Kresna wafat, Byasa menyarankan para Pandawa agar meninggalkan kehidupan duniawi dan hidup sebagai pertapa. Sebelum meninggalkan kerajaan, Yudistira menyerahkan tahta kepada Parikesit, cucu Arjuna. Para Pandawa beserta Dropadi melakukan perjalanan terakhir mereka di Gunung Himalaya. Sebelum sampai di puncak, satu persatu dari mereka meninggal dalam perjalanan. Hanya Yudistira yang masih bertahan hidup dan didampingi oleh seekor anjing yang setia. Sesampainya di puncak, Yudistira dijemput oleh Dewa Indra yang menaiki kereta kencana. Yudistira menolak untuk mencapai surga jika harus meninggalkan anjingnya. Karena sikap tulus yang ditunjukkan oleh Yudistira, anjing tersebut menampakkan wujud aslinya, yaitu Dewa Dharma. Dewa Dharma berkata bahwa Yudistira telah melewati ujian yang diberikan kepadanya dengan tenang dan ia berhak berada di surga.
Sesampainya di surga, Yudistira terkejut karena ia tidak melihat saudara-saudaranya, sebaliknya ia melihat Duryodana beserta sekutunya di surga. Dewa Indra berkata bahwa saudara-saudara Yudistira berada di neraka. Mendengar hal itu, Yudistira lebih memilih tinggal di neraka bersama saudara-saudaranya daripada tinggal di surga. Pada saat itu, pemandangan tiba-tiba berubah. Dewa Indra pun berkata bahwa hal tersebut merupakan salah satu ujian yang diberikan kepadanya, dan sebenarnya saudara Yudistira telah berada di surga. Yudistira pun mendapatkan surga.

GARENG

Posted in 4 Sekawan on 7 April 2011 by Cepot Kinayungan

Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.
Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja di Paranggumiwayang dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan Prabu Welgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk.
Dulunya, Gareng berujud satria tampan bernama Bambang Sukodadi dari pedepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu.
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Kadempel, titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari Semar.

PETRUK (DAWALA)

Posted in 4 Sekawan on 7 April 2011 by Cepot Kinayungan

Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak keturunan/trah Witaradya. Petruk tidak disebutkan dalam kitab Mahabarata. Jadi jelas bahwa kehadirannya dalam dunia pewayangan merupakan gubahan asli Jawa. Di ranah Pasundan, Petruk lebih dikenal dengan nama Dawala atau Udel.
A. Kisah
A.1. Masa lalu
Menurut pedalangan, ia adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut bernama Begawan Salantara. Sebelumnya ia bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih tanding/sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari pertapaan Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit, untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi cacat dan berubah sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelahian ini kemudian dipisahkan oleh Smarasanta (Semar) dan Bagong yang mengiringi Batara Ismaya. Mereka diberi petuah dan nasihat sehingga akhirnya keduanya menyerahkan diri dan berguru kepada Smara/Semar dan mengabdi kepada Sanghyang Ismaya. Demikianlah peristiwa tersebut diceritakan dalam lakon Batara Ismaya Krama.
Karena perubahan wujud tersebut masing-masing kemudian berganti nama. Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang Sukodadi menjadi Gareng.
A.2. Istri dan keturunan
Petruk mempuyai istri bernama Dewi Ambarwati, putri Prabu Ambarsraya, raja Negara Pandansurat yang didapatnya melalui perang tanding. Para pelamarnya antara lain: Kalagumarang dan Prabu Kalawahana raja raksasa di Guwaseluman. Petruk harus menghadapi mereka dengan perang tanding dan akhirnya ia dapat mengalahkan mereka dan keluar sebagai pemenang. Dewi Ambarwati kemudian diboyong ke Girisarangan dan Resi Pariknan yang memangku perkawinannya. Dalam perkawinan ini mereka mempunyai anak lelaki dan diberi nama Lengkungkusuma.
B. Petruk dalam lakon pewayangan
Oleh karena Petruk merupakan tokoh pelawak/dagelan (Jawa), kemudian oleh seorang dalang digubah suatu lakon khusus yang penuh dengan lelucon-lelucon dan kemudian diikuti dalang-dalang lainnya, sehingga terdapat banyak sekali lakon-lakon yang menceritakan kisah-kisah Petruk yang menggelikan, contohnya lakon Petruk Ilang Pethele menceritakan pada waktu Petruk kehilangan kapak/pethel-nya.
Dalam kisah Ambangan Candi Spataharga/Saptaraga, Dewi Mustakaweni, putri dari negara Imantaka, berhasil mencuri pusaka Jamus Kalimasada dengan jalan menyamar sebagai kerabat Pandawa (Gatutkaca), sehingga dengan mudah ia dapat membawa lari pusaka tersebut. Kalimasada kemudian menjadi rebutan antara kedua negara itu. Di dalam kekeruhan dan kekacauan yang timbul tersebut, Petruk mengambil kesempatan menyembunyikan Kalimasada, sehingga karena kekuatan dan pengaruhnya yang ampuh, Petruk dapat menjadi raja menduduki singgasana kerajaan Lojitengara dan bergelar Prabu Welgeduwelbeh (Wel Edel Bey). Lakon ini terkenal dengan judul Petruk Dadi Ratu. Prabu Welgeduwelbeh/Petruk dengan kesaktiannya dapat membuka rahasia Prabu Pandupragola, raja negara Tracanggribig, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri, yaitu Nala Gareng. Dan sebaliknya Bagong-lah yang menurunkan Prabu Welgeduwelbeh dari tahta kerajaan Lojitengara dan badar/terbongkar rahasianya menjadi Petruk kembali. Kalimasada kemudian dikembalikan kepada pemilik aslinya, Prabu Puntadewa.
C. Hubungan dengan punakawan lainnya
Petruk dan panakawan yang lain (Semar, Gareng dan Bagong) selalu hidup di dalam suasana kerukunan sebagai satu keluarga. Bila tidak ada kepentingan yang istimewa, mereka tidak pernah berpisah satu sama lain. Mengenai Punakawan, punakawan berarti ”kawan yang menyaksikan” atau pengiring. Saksi dianggap sah, apabila terdiri dari dua orang, yang terbaik apabila saksi tersebut terdiri dari orang-orang yang bukan sekeluarga. Sebagai saksi seseorang harus dekat dan mengetahui sesuatu yang harus disaksikannya. Di dalam pedalangan, saksi atau punakawan itu memang hanya terdiri dari dua orang, yaitu Semar dan Bagong bagi trah Witaradya.
Sebelum Sanghyang Ismaya menjelma dalam diri cucunya yang bernama Smarasanta (Semar), kecuali Semar dengan Bagong yang tercipta dari bayangannya, mereka kemudian mendapatkan Gareng/Bambang Sukodadi dan Petruk/Bambang Panyukilan. Setelah Batara Ismaya menjelma kepada Janggan Smarasanta (menjadi Semar), maka Gareng dan Petruk tetap menggabungkan diri kepada Semar dan Bagong. Disinilah saat mulai adanya punakawan yang terdiri dari empat orang dan kemudian mendapat sebutan dengan nana ”parepat/prapat”.
D. Wanda wayang Petruk
Wanda wayang Petruk terdiri dari :
1. Petruk wanda Jlegong (dibuat pada tahun 1563)
2. Petruk wanda Jamblang (dibuat pada tahun 1655)
3. Petruk wanda Mesem ( dibuat pada tahun 1710)
4. Petruk wanda Manglung.
5. Petruk wanda Gandrung
6. Petruk wanda Bujang
7. Petruk wanda Gugup
Dalam pedalangan Ngayogyakarta :
1. Jlegong
2. Bujang
3. Sambel Goreng
4. Klantung
5. Belis
6. Kancil
Ciri Petruk wanda Jamblang adalah sebagai berikut :
1. Adegipun Ndegeg (Dalam sikap berdiri dadanya maju ke depan )
2. Bahu Padeg
3. Jangga ageng (Janggutnya besar)
4. Praupan ndangan (Wajah menengadah )
5. Praeyan wiyar (Muka lebar)
6. Badan ketingal kendho (Badan terlihat bongsor dan longgar)
Ciri Petruk wanda Jlegong :
1. Adegipun Agrong (Perawakannya besar/bongsor)
2. Bahu ngajeng andhap (Bahu depan rendah)
3. Djangga celak dan ageng (Dagu pendek dan besar)
4. Praeyan wiyar (Muka Lebar)
5. Jaja ageng agrong
6. Badan ketingal kera
7. Awak-awakan limrahipun cemeng (Badan warna hitam)

BAGONG ( CEPOT/ASTRAJINGGA)

Posted in 4 Sekawan on 7 April 2011 by Cepot Kinayungan

Ki Lurah Bagong adalah nama salah satu tokoh punakawan dalam kisah pewayangan yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu Semar. Dalam pewayangan Sunda juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong, yaitu Cepot atau Astrajingga. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar. Dalam wayang banyumasan Bagong lebih dikenal dengan sebutan Bawor.

A. Ciri fisik
Sebagai seorang panakawan yang sifatnya menghibur penonton wayang, tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan memble.
Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu Semar, Gareng, dan Petruk, maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi.
B. Asal-usul
Beberapa versi menyebutkan bahwa, sesungguhnya Bagong bukan anak kandung Semar. Dikisahkan Semar merupakan penjelmaan seorang dewa bernama Batara Ismaya yang diturunkan ke dunia bersama kakaknya, yaitu Togog atau Batara Antaga untuk mengasuh keturunan adik mereka, yaitu Batara Guru.
Togog dan Semar sama-sama mengajukan permohonan kepada ayah mereka, yaitu Sanghyang Tunggal, supaya masing-masing diberi teman. Sanghyang Tunggal ganti mengajukan pertanyaan berbunyi, siapa kawan sejati manusia. Togog menjawab “hasrat”, sedangkan Semar menjawab “bayangan”. Dari jawaban tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi manusia kerdil bernama Bilung, sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia bertubuh bulat, bernama Bagong.
Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang pertapa bernama Resi Manumanasa yang kelak menjadi leluhur para Pandawa. Ketika Manumanasa hendak mencapai moksha, Semar
C. Bagong pada zaman Kolonial
Gaya bicara Bagong yang seenaknya sendiri sempat dipergunakan para dalang untuk mengkritik penjajahan kolonial Hindia Belanda. Ketika Sultan Agung meninggal tahun 1645, putranya yang bergelar Amangkurat I menggantikannya sebagai pemimpin Kesultanan Mataram. Raja baru ini sangat berbeda dengan ayahnya. Ia memerintah dengan sewenang-wenang serta menjalin kerja sama dengan pihak VOC-Belanda.
Keluarga besar Kesultanan Mataram saat itu pun terpecah belah. Ada yang mendukung pemerintahan Amangkurat I yang pro-Belanda, ada pula yang menentangnya. Dalam hal kesenian pun terjadi perpecahan. Seni wayang kulit terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Nyai Anjang Mas yang anti-Amangkurat I, dan golongan Kyai Panjang Mas yang sebaliknya.
Rupanya pihak Belanda tidak menyukai tokoh Bagong yang sering dipergunakan para dalang untuk mengkritik penjajahan VOC. Atas dasar ini, golongan Kyai Panjang Mas pun menghilangkan tokoh Bagong, sedangkan Nyai Panjang Mas tetap mempertahankannya.
Pada zaman selanjutnya, Kesultanan Mataram mengalami keruntuhan dan berganti nama menjadi Kasunanan Kartasura. Sejak tahun 1745 Kartasura kemudian dipindahkan ke Surakarta. Selanjutnya terjadi perpecahan yang berakhir dengan diakuinya Sultan Hamengkubuwana I yang bertakhta di Yogyakarta.
Dalam hal pewayangan, pihak Surakarta mempertahankan aliran Kyai Panjang Mas yang hanya memiliki tiga orang panakawan (Semar, Gareng, dan Petruk), sedangkan pihak Yogyakarta menggunakan aliran Nyai Panjang Mas yang tetap mengakui keberadaan Bagong.
Akhirnya, pada zaman kemerdekaan Bagong bukan lagi milik Yogyakarta saja. Para dalang aliran Surakarta pun kembali menampilkan empat orang punakawan dalam setiap pementasan mereka. Bahkan, peran Bagong cenderung lebih banyak daripada Gareng yang biasanya hanya muncul dalam gara-gara saja.
D. Bagong versi Jawa Timur
Dalam pewayangan gaya Jawa Timuran, yang berkembang di daerah Surabaya, Gresik, Mojokerto, Jombang, Malang dan sekitarnya, tokoh Semar hanya memiliki dua orang anak , yaitu Bagong dan Sarangaja. Bagong sendiri memiliki anak bernama Besut.Dalam versi ini adik Bagong memang jarang di pentaskan namun ada lakon tertentu dimana Sarangaja keluar seperti lakon Adeg’e Khayangan Suralaya dimana pada cerita ini menceritakan Asal usul Bagong dalam versi Jawa Timur.
Tentu saja Bagong gaya Jawa Timuran memiliki peran yang sangat penting sebagai panakawan utama dalam setiap pementasan wayang. Ucapannya yang penuh humor khas timur membuatnya sebagai tokoh wayang yang paling ditunggu kemunculannya.
Dalam versi ini, Bagong memiliki nama sebutan lain, yaitu Jamblahita.

SEMAR

Posted in 4 Sekawan on 7 April 2011 by Cepot Kinayungan

A. ASAL USUL DAN KELAHIRAN
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.
Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.
Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.
B. Silsilah dan Keluarga
Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:
• Batara Wungkuham
• Batara Surya
• Batara Candra
• Batara Tamburu
• Batara Siwah
• Batara Kuwera
• Batara Yamadipati
• Batara Kamajaya
• Batara Mahyanti
• Batari Darmanastiti
Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat pertolongan Manumanasa, kedua bidadari tersebut telah terbebas dari kutukan yang mereka jalani. Kanistri kemudian menjadi istri Semar, dan biasa dipanggil dengan sebutan Kanastren. Sementara itu, Kaniraras menjadi istri Manumanasa, dan namanya diganti menjadi Retnawati, karena kakak perempuan Manumanasa juga bernama Kaniraras.
C. Pasangan Panakawan / Punokawan
Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.
D. Bentuk Fisik
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.
E. Keistimewaan Semar
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah – yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar – mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.

KENAPA CEWEK SUKA COWOK PLAYBOY ???

Posted in Uncategorized on 23 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Sebelum Anda meneruskan membaca artikel ini, coba kamu flash back sebentar ke masa sewaktu kamu masih di bangku SMA atau kuliah. Saya yakin paling tidak Anda kenal dengan satu cowok yang suka bergonta-ganti pasangan dan berulang kali menyakiti cewek, namun tetap saja semua cewek ngantri dan berebutan untuk jadi pacarnya. Malah mungkin beberapa cewek sampai bermusuhan dengan temannya sendiri hanya karena memperebutkan cowok playboy ini. Tidak peduli betapa buruknya omongan orang-orang tentang si cowok playboy itu, tidak peduli betapa si cowok playboy rangkul-rangkulan dengan cewek-cewek yang berbeda di depan mata mereka sendiri, the playboy always get the girls. Sementara Herman si anak yang tulus dan baik hati hanya bisa kesal dan berpikir betapa bodohnya cewek-cewek tersebut.

Padahal mereka tahu cowok itu adalah playboy yang suka mempermainkan cewek. Padahal mereka tahu kalau mereka sampai jadian dengan cowok itu mereka akan patah hati. Padahal mereka tahu kalau si cowok sama sekali tidak layak untuk mereka. Padahal kalau ditanya, mereka akan menjawab, “Gak mungkin gue mao sama playboy kayak gitu!” Tapi tetap saja, apa yang mereka katakan di mulut lain dengan tindakan mereka. Dan kamu hanya bisa bingung dan gak habis pikir, “Why?” Sebagian penyebab dari gejala ini sudah dijelaskan panjang lebar oleh Lex di artikel Kenapa Cewek Selalu Tertarik Pada Cowok Yang Salah, jadi baca lagi di sana jika perlu. Artikel saya kali ini adalah khusus untuk menjelaskan 1 rahasia yang DAPAT KAMU TERAPKAN dalam kehidupan romance kamu dan membantu meningkatkan daya tarik kamu di mata cewek. Kita tahu cewek memiliki pola berpikir yang sangat berbeda dengan cowok.

Dalam urusan romance, perbedaan itu juga semakin nyata. Kamu tidak bisa memakai pola pikir maskulin kamu untuk mengerti pandangan cewek tentang cowok playboy. Akibat indoktrinasi budaya yang salah selama ini dan sifat kompetitif serta ego maskulin yang absurd, hampir semua cowok menginginkan cewek yang masih ‘perawan.’ Bukan saja perawan dalam hal seksual, namun juga perawan dalam hal romance! Tidak ada cowok yang menginginkan cewek yang sudah berpacaran 20 kali sebelumnya. Cowok merasa bangga apabila dia menjadi pencetak score pertama mendahului cowok-cowok lainnya. Cowok tidak suka apabila mendapat kesempatan belakangan dan sisa-sisa dari cowok lain. Cowok menginginkan cewek yang polos, murni dan belum terjamah oleh cowok-cowok lain.

Kalaupun itu susah didapat, paling tidak cowok lebih suka apabila pasangannya memiliki score pacaran di bawah dia. I know it’s pathetic, but it’s true. Tapi hal yang sama tidak berlaku untuk cewek. Justru yang terjadi adalah kebalikannya. Cewek justru tertarik pada cowok playboy yang sering bergonta-ganti pasangan karena itu membuktikan bahwa si cowok adalah cowok yang sudah teruji kualitasnya. Di mata cewek, cowok playboy adalah barang bagus yang dicari-cari semua orang. Terbukti dengan banyaknya jumlah cewek yang jadi pasangannya. Kalau dia tidak berkualitas, tidak mungkin cewek-cewek lain tertarik padanya. Cowok playboy jelas bukan cowok kesepian yang kerjaannya hanya bermain Winning Eleven dan mencari cewek lewat Friendster atau IRC. Dia adalah cowok yang mampu memberikan apa yang diinginkan cewek-cewek.

Dia adalah cowok yang laku berat. High demand. Dan cewek menyadari hal ini sepenuhnya. Cewek akan merasa bangga apabila dia berhasil menggaet seorang playboy. Karena apabila cowok playboy mendekati seorang cewek, maka si cewek akan merasa tersanjung. “Kok bisa sih dia mau sama gue, padahal dia kan bisa dapetin cewek mana aja yang dia mau.” Tentu saja cewek akan menyangkal semua itu apabila kamu bertanya padanya, karena logika dia juga menyetujui bahwa cowok playboy sebenarnya bukan pasangan yang tepat untuk sebuah hubungan yang sehat. Tapi kita tahu bahwa apa yang cewek PIKIR dia inginkan berbeda dari apa yang SEBENARNYA dia membuat mereka tertarik. Lalu apa yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan romance kamu setelah kamu mengetahui hal ini? Simple saja.

Mulai sekarang perbanyak lingkaran cewek-cewek kamu, baik itu teman, gebetan, TTM atau apa saja. Dan pastikan cewek-cewek tersebut tahu kalau kamu punya banyak cewek yang lain. Hal ini akan meningkatkan daya tarik kamu di mata mereka. Saya tidak sedang menganjurkan kamu untuk menjadi playboy bajingan yang tidak bertanggung jawab dan menyakiti hati cewek. Sama sekali tidak. Saya menganjurkan kamu untuk memulai sebuah kehidupan sosial yang baru dan menyenangkan. Apabila kamu sedang ngobrol dengan cewek yang kamu suka, ceritakan tentang cewek-cewek kamu yang lain. Ceritakan tentang cewek-cewek yang pernah kamu tolak, cewek-cewek yang tertarik pada kamu namun bukan tipe kamu. Ceritakan tentang bagaimana salah satu cewek membelikan kamu kado ulang tahun spesial.

Ceritakan bagaimana salah satu cewek sering mengajak kamu pergi jalan dan mentraktir kamu. Ceritakan bagaimana salah satu cewek sering menelpon kamu malam-malam untuk ngobrol. Tapi kamu harus lakukan itu semua dengan casual, jangan sampai terdengar membual, karena kamu memang sedang bercerita saja dan bukan berusaha membuat dia terkesan. Baca artikel Jet Saatnya Mendongeng tentang cara bercerita yang membuat cewek tertarik. Kalau kamu lakukan dengan benar, maka dia yang akan berusaha mendapatkan kamu. Dan bukan kamu yang harus bersusah payah mengejar-ngejarnya. Banyak cowok tidak mau, atau bahkan takut, untuk berbicara tentang cewek lain di hadapan cewek yang disukainya. Banyak cowok takut kalau ketahuan ia dekat dengan cewek lain, maka si cewek akan mencapnya playboy, tidak setia dan lalu meninggalkannya dalam kesepian.

Kalau kamu sampai dicap playboy, itu malah bagus untuk kehidupan romance-mu karena itu berarti dia memandangmu sebagai Most Wanted Guy. Cewek akan berpikir, “Kalo gue gak dapetin dia duluan, pasti bakalan ada cewek lain yang dapetin dia.” Kamu pasti pernah liat antrian panjang di depan counter Bread Talk atau donat J.Co. Hanya dengan melihat antriannya saja kamu jadi penasaran seperti apa sih rasanya roti yang dijual. “Kenapa begitu banyak orang rela berlama-lama ngantri hanya untuk membeli roti di toko tersebut?” Akibatnya kamu pun jadi ikut mengantri dan ingin mencoba roti yang membuat orang rela berdiri dan menunggu. Efek yang sama terjadi juga dalam dunia romance.

demikian sedikit tips tentang cinta untuk Herman, semoga bermanfaat.

RAMALAN JAYABAYA

Posted in KEJAWEN on 23 Maret 2011 by Cepot Kinayungan

Prabu Jayabaya raja Kediri bertemu pendita dari Rum yang sangat sakti, Maulana Ali Samsuyen. Ia pandai meramal serta tahu akan hal yang belum terjadi. Jayabaya lalu berguru padanya, sang pendeta menerangkan berbagai ramalan yang tersebut dalam kitab Musaror dan menceritakan penanaman orang sebanyak 12.000 keluarga oleh utusan Sultan Galbah di Rum, orang itu lalu ditempatkan di pegunungan Kendeng, lalu bekerja membuka hutan tetapi banyak yang mati karena gangguan makhluk halus, jin dsb, itu pada th rum 437, lalu Sultan Rum memerintahkan lagi di Pulau Jawa dan kepulauan lainnya dgn mengambil orang dari India, Kandi, Siam. Sejak penanaman orang-orang ini sampai hari kiamat kobro terhitung 210 tahun matahari lamanya atau 2163 tahun bulan, Sang pendeta mengatakan orang di Jawa yang berguru padanya tentang isi ramalan hanyalah Hajar Subroto di G. Padang. Beberapa hari kemudian Jayabaya menulis ramalan Pulau Jawa sejak ditanami yang keduakalinya hingga kiamat, lamanya 2.100 th matahari. Ramalannya menjadi Tri-takali, yaitu :

I. Jaman permulaan disebut KALI-SWARA, lamanya 700 th matahari (721 th bulan). Pada waku itu di jawa banyak terdengar suara alam, gara-gara geger, halintar, petir, serta banyak kejadian-kejadian yang ajaib dikarenakan banyak manusia menjadi dewa dan dewa turun kebumi menjadi manusia.

II. Jaman pertengahan disebut KALI-YOGA, banyak perobahan pada bumi,bumi belah menyebabkan terjadinya pulau kecil-kecil, banyak makhluk yang
salah jalan, karena orang yang mati banyak menjelma (nitis).

III. Jaman akhir disebut KALI-SANGARA, 700 th. Banyak hujan salah mangsa dan banyak kali dan bengawan bergeser, bumi kurang manfaatnya, menghambat datangnya kebahagian, mengurangi rasa-terima, sebab manusia yang yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.

Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa.
Soal percaya atau tidak itu tergantung dari pribadi masing masing.
tetapi bila dicermati lebih dalam banyak hal-hal yang sangat relevan dengan kondisi saat ini.

Misal :

– Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran = saat ini benar benar terjadi dengan berseliwerannya kendaraan.
– Prahu mlaku ning duwur awang-awang = saat ini juga telah menjadi kenyataan yakni adanya pesawat terbang.
– Wong wadhon nganggo pakain lanang = sudah tidak asing lagi seorang perempuan mengenakan pakaian laki-laki.
dan masih banyak lagi ,…
apakah ramalan Jayabaya benar-benar akan menjadi kenyataan,…hanya Allah yang maha tahu,…..

Ramalan Jayabaya selengkapnya

00. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran — Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
01. Tanah Jawa kalungan wesi — Pulau Jawa berkalung besi.
02. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang — Perahu berlayar di ruang angkasa.
03. Kali ilang kedhunge — Sungai kehilangan lubuk.
04. Pasar ilang kumandhang — Pasar kehilangan suara.
05. Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak — Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat.
06. Bumi saya suwe saya mengkeret — Bumi semakin lama semakin mengerut.
07. Sekilan bumi dipajeki — Sejengkal tanah dikenai pajak.
08. Jaran doyan mangan sambel — Kuda suka makan sambal.
09. Wong wadon nganggo pakeyan lanang — Orang perempuan berpakaian lelaki.
10. Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman— Itu pertanda orang akan mengalami jaman berbolak-balik
11. Akeh janji ora ditetepi — Banyak janji tidak ditepati.
12. Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe— Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
13. Manungsa padha seneng nyalah— Orang-orang saling lempar kesalahan.
14. Ora ngendahake hukum Allah— Tak peduli akan hukum Allah.
15. Barang jahat diangkat-angkat— Yang jahat dijunjung-junjung.
16. Barang suci dibenci— Yang suci (justru) dibenci.
17. Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit— Banyak orang hanya mementingkan uang.
18. Lali kamanungsan— Lupa jati kemanusiaan.
19. Lali kabecikan— Lupa hikmah kebaikan.
20. Lali sanak lali kadang— Lupa sanak lupa saudara.
21. Akeh bapa lali anak— Banyak ayah lupa anak.
22. Akeh anak wani nglawan ibu— Banyak anak berani melawan ibu.
23. Nantang bapa— Menantang ayah.
24. Sedulur padha cidra— Saudara dan saudara saling khianat.
25. Kulawarga padha curiga— Keluarga saling curiga.
26. Kanca dadi mungsuh — Kawan menjadi lawan.
27. Akeh manungsa lali asale — Banyak orang lupa asal-usul.
28. Ukuman Ratu ora adil — Hukuman Raja tidak adil
29. Akeh pangkat sing jahat lan ganjil— Banyak pejabat jahat dan ganjil
30. Akeh kelakuan sing ganjil — Banyak ulah-tabiat ganjil
31. Wong apik-apik padha kapencil — Orang yang baik justru tersisih.
32. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin — Banyak orang kerja halal justru malu.
33. Luwih utama ngapusi — Lebih mengutamakan menipu.
34. Wegah nyambut gawe — Malas menunaikan kerja.
35. Kepingin urip mewah — Inginnya hidup mewah.
36. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka — Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
37. Wong bener thenger-thenger — Si benar termangu-mangu.
38. Wong salah bungah — Si salah gembira ria.
39. Wong apik ditampik-tampik— Si baik ditolak ditampik.
40. Wong jahat munggah pangkat— Si jahat naik pangkat.
41. Wong agung kasinggung— Yang mulia dilecehkan
42. Wong ala kapuja— Yang jahat dipuji-puji.
43. Wong wadon ilang kawirangane— perempuan hilang malu.
44. Wong lanang ilang kaprawirane— Laki-laki hilang perwira/kejantanan
45. Akeh wong lanang ora duwe bojo— Banyak laki-laki tak mau beristri.
46. Akeh wong wadon ora setya marang bojone— Banyak perempuan ingkar pada suami.
47. Akeh ibu padha ngedol anake— Banyak ibu menjual anak.
48. Akeh wong wadon ngedol awake— Banyak perempuan menjual diri.
49. Akeh wong ijol bebojo— Banyak orang tukar pasangan.
50. Wong wadon nunggang jaran— Perempuan menunggang kuda.
51. Wong lanang linggih plangki— Laki-laki naik tandu.
52. Randha seuang loro— Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
53. Prawan seaga lima— Lima perawan lima picis.
54. Dhudha pincang laku sembilan uang— Duda pincang laku sembilan uang.
55. Akeh wong ngedol ngelmu— Banyak orang berdagang ilmu.
56. Akeh wong ngaku-aku— Banyak orang mengaku diri.
57. Njabane putih njerone dhadhu— Di luar putih di dalam jingga.
58. Ngakune suci, nanging sucine palsu— Mengaku suci, tapi palsu belaka.
59. Akeh bujuk akeh lojo— Banyak tipu banyak muslihat.
60. Akeh udan salah mangsa— Banyak hujan salah musim.
61. Akeh prawan tuwa— Banyak perawan tua.
62. Akeh randha nglairake anak— Banyak janda melahirkan bayi.
63. Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne— Banyak anak lahir mencari bapaknya.
64. Agama akeh sing nantang— Agama banyak ditentang.
65. Prikamanungsan saya ilang— Perikemanusiaan semakin hilang.
66. Omah suci dibenci— Rumah suci dijauhi.
67. Omah ala saya dipuja— Rumah maksiat makin dipuja.
68. Wong wadon lacur ing ngendi-endi— Di mana-mana perempuan lacur
69. Akeh laknat— Banyak kutukan
70. Akeh pengkianat— Banyak pengkhianat.
71. Anak mangan bapak—Anak makan bapak.
72. Sedulur mangan sedulur—Saudara makan saudara.
73. Kanca dadi mungsuh—Kawan menjadi lawan.
74. Guru disatru—Guru dimusuhi.
75. Tangga padha curiga—Tetangga saling curiga.
76. Kana-kene saya angkara murka — Angkara murka semakin menjadi-jadi.
77. Sing weruh kebubuhan—Barangsiapa tahu terkena beban.
78. Sing ora weruh ketutuh—Sedang yang tak tahu disalahkan.
79. Besuk yen ana peperangan—Kelak jika terjadi perang.
80. Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor—Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
81. Akeh wong becik saya sengsara— Banyak orang baik makin sengsara.
82. Wong jahat saya seneng— Sedang yang jahat makin bahagia.
83. Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul— Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
84. Wong salah dianggep bener—Orang salah dipandang benar.
85. Pengkhianat nikmat—Pengkhianat nikmat.
86. Durjana saya sempurna— Durjana semakin sempurna.
87. Wong jahat munggah pangkat— Orang jahat naik pangkat.
88. Wong lugu kebelenggu— Orang yang lugu dibelenggu.
89. Wong mulya dikunjara— Orang yang mulia dipenjara.
90. Sing curang garang— Yang curang berkuasa.
91. Sing jujur kojur— Yang jujur sengsara.
92. Pedagang akeh sing keplarang— Pedagang banyak yang tenggelam.
93. Wong main akeh sing ndadi—Penjudi banyak merajalela.
94. Akeh barang haram—Banyak barang haram.
95. Akeh anak haram—Banyak anak haram.
96. Wong wadon nglamar wong lanang—Perempuan melamar laki-laki.
97. Wong lanang ngasorake drajate dhewe—Laki-laki memperhina derajat sendiri.
98. Akeh barang-barang mlebu luang—Banyak barang terbuang-buang.
99. Akeh wong kaliren lan wuda—Banyak orang lapar dan telanjang.
100. Wong tuku ngglenik sing dodol—Pembeli membujuk penjual.
101. Sing dodol akal okol—Si penjual bermain siasat.
102. Wong golek pangan kaya gabah diinteri—Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
103. Sing kebat kliwat—Siapa tangkas lepas.
104. Sing telah sambat—Siapa terlanjur menggerutu.
105. Sing gedhe kesasar—Si besar tersasar.
106. Sing cilik kepleset—Si kecil terpeleset.
107. Sing anggak ketunggak—Si congkak terbentur.
108. Sing wedi mati—Si takut mati.
109. Sing nekat mbrekat—Si nekat mendapat berkat.
110. Sing jerih ketindhih—Si hati kecil tertindih
111. Sing ngawur makmur—Yang ngawur makmur
112. Sing ngati-ati ngrintih—Yang berhati-hati merintih.
113. Sing ngedan keduman—Yang main gila menerima bagian.
114. Sing waras nggagas—Yang sehat pikiran berpikir.
115. Wong tani ditaleni—Si tani diikat.
116. Wong dora ura-ura—Si bohong menyanyi-nyanyi
117. Ratu ora netepi janji, musna panguwasane—Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
118. Bupati dadi rakyat—Pegawai tinggi menjadi rakyat.
119. Wong cilik dadi priyayi—Rakyat kecil jadi priyayi.
120. Sing mendele dadi gedhe—Yang curang jadi besar.
121. Sing jujur kojur—Yang jujur celaka.
122. Akeh omah ing ndhuwur jaran—Banyak rumah di punggung kuda.
123. Wong mangan wong—Orang makan sesamanya.
124. Anak lali bapak—Anak lupa bapa.
125. Wong tuwa lali tuwane—Orang tua lupa ketuaan mereka.
126. Pedagang adol barang saya laris—Jualan pedagang semakin laris.
127. Bandhane saya ludhes—Namun harta mereka makin habis.
128. Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan—Banyak orang mati lapar di samping makanan.
129. Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara—Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
130. Sing edan bisa dandan—Yang gila bisa bersolek.
131. Sing bengkong bisa nggalang gedhong—Si bengkok membangun mahligai.
132. Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil—Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
133. Ana peperangan ing njero—Terjadi perang di dalam.
134. Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham—Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
135. Durjana saya ngambra-ambra—Kejahatan makin merajalela.
136. Penjahat saya tambah—Penjahat makin banyak.
137. Wong apik saya sengsara—Yang baik makin sengsara.
138. Akeh wong mati jalaran saka peperangan—Banyak orang mati karena perang.
139. Kebingungan lan kobongan—Karena bingung dan kebakaran.
140. Wong bener saya thenger-thenger—Si benar makin tertegun.
141. Wong salah saya bungah-bungah—Si salah makin sorak sorai.
142. Akeh bandha musna ora karuan lungane—Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe Banyak harta hilang entah ke mana, Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
143. Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram—Banyak barang haram, banyak anak haram.
144. Bejane sing lali, bejane sing eling—Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
145. Nanging sauntung-untunge sing lali—Tapi betapapun beruntung si lupa.
146. Isih untung sing waspada—Masih lebih beruntung si waspada.
147. Angkara murka saya ndadi—Angkara murka semakin menjadi.
148. Kana-kene saya bingung—Di sana-sini makin bingung.
149. Pedagang akeh alangane—Pedagang banyak rintangan.
150. Akeh buruh nantang juragan—Banyak buruh melawan majikan.
151. Juragan dadi umpan—Majikan menjadi umpan.
152. Sing suwarane seru oleh pengaruh—Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
153. Wong pinter diingar-ingar—Si pandai direcoki.
154. Wong ala diuja—Si jahat dimanjakan.
155. Wong ngerti mangan ati—Orang yang mengerti makan hati.
156. Bandha dadi memala—Hartabenda menjadi penyakit
157. Pangkat dadi pemikat—Pangkat menjadi pemukau.
158. Sing sawenang-wenang rumangsa menang — Yang sewenang-wenang merasa menang
159. Sing ngalah rumangsa kabeh salah—Yang mengalah merasa serba salah.
160. Ana Bupati saka wong sing asor imane—Ada raja berasal orang beriman rendah.
161. Patihe kepala judhi—Maha menterinya benggol judi
162. Wong sing atine suci dibenci—Yang berhati suci dibenci
163. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat—Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
164. Pemerasan saya ndadra—Pemerasan merajalela.
165. Maling lungguh wetenge mblenduk — Pencuri duduk berperut gendut.
166. Pitik angrem saduwure pikulan—Ayam mengeram di atas pikulan.
167. Maling wani nantang sing duwe omah—Pencuri menantang si empunya rumah.
168. Begal pada ndhugal—Penyamun semakin kurang ajar.
169. Rampok padha keplok-keplok—Perampok semua bersorak-sorai.
170. Wong momong mitenah sing diemong—Si pengasuh memfitnah yang diasuh
171. Wong jaga nyolong sing dijaga—Si penjaga mencuri yang dijaga.
172. Wong njamin njaluk dijamin—Si penjamin minta dijamin.
173. Akeh wong mendem donga—Banyak orang mabuk doa.
174. Kana-kene rebutan unggul—Di mana-mana berebut menang.
175. Angkara murka ngombro-ombro—Angkara murka menjadi-jadi.
176. Agama ditantang—Agama ditantang.
177. Akeh wong angkara murka—Banyak orang angkara murka.
178. Nggedhekake duraka—Membesar-besarkan durhaka.
179. Ukum agama dilanggar—Hukum agama dilanggar.
180. Prikamanungsan di-iles-iles—Perikemanusiaan diinjak-injak.
181. Kasusilan ditinggal—Tata susila diabaikan
182. Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi—Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
183. Wong cilik akeh sing kepencil—Rakyat kecil banyak tersingkir.
184. Amarga dadi korbane si jahat sing jajil—Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
185. Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit—Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
186. Lan duwe prajurit—Dan punya prajurit.
187. Negarane ambane saprawolon—Lebar negeri seperdelapan dunia.
188. Tukang mangan suap saya ndadra—Pemakan suap semakin merajalela.
189. Wong jahat ditampa—Orang jahat diterima.
190. Wong suci dibenci—Orang suci dibenci.
191. Timah dianggep perak—Timah dianggap perak.
192. Emas diarani tembaga—Emas dibilang tembaga
193. Dandang dikandakake kuntul—Gagak disebut bangau.
194. Wong dosa sentosa—Orang berdosa sentosa.
195. Wong cilik disalahake—Rakyat jelata dipersalahkan.
196. Wong nganggur kesungkur—Si penganggur tersungkur.
197. Wong sregep krungkep—Si tekun terjerembab.
198. Wong nyengit kesengit—Orang busuk hati dibenci.
199. Buruh mangluh—Buruh menangis.
200. Wong sugih krasa wedi—Orang kaya ketakutan.
201. Wong wedi dadi priyayi—Orang takut jadi priyayi.
202. Senenge wong jahat—Berbahagialah si jahat.
203. Susahe wong cilik—Bersusahlah rakyat kecil.
204. Akeh wong dakwa dinakwa—Banyak orang saling tuduh.
205. Tindake manungsa saya kuciwa—Ulah manusia semakin tercela.
206. Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi—Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
207. Wong Jawa kari separo—Orang Jawa tinggal separo.
208. Landa-Cina kari sejodho — Belanda-Cina tinggal sepasang.
209. Akeh wong ijir, akeh wong cethil—Banyak orang kikir, banyak orang pelit.
210. Sing eman ora keduman—Si hemat tidak mendapat bagian.
211. Sing keduman ora eman—Yang mendapat bagian tidak berhemat.
212. Akeh wong mbambung—Banyak orang berulah dungu.
213. Akeh wong limbung—Banyak orang limbung.
214. Selot-selote mbesuk wolak-waliking jaman teka—Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya jaman.